RSS

Minggu, 11 Maret 2018

Perempuan Dari Bilik ke Publik


(Tulisan ini memperingati Hari Perempuan Internasional, 8 Maret 2018)
(Shaela Mayasari, Penulis adalah Statistisi/ Koordinator Statistik Kecamatan di BPS Maros)

Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap tanggal 8 Maret adalah tonggak sejarah dari perjuangan perempuan-perempuan  New York pada akhir abad ke 19  hingga abad ke 20. Mereka melakukan long march,  mogok bersama atas kondisi kerja yang tidak layak, bersuara menuntut haknya, memangkas jam kerja yang tidak manusiawi, dan menuntut upah yang layak di tengah gelombang ekspansi ekonomi. Hingga kemudian beberapa negara bersepakat untuk menjadikan 8 Maret sebagai ‘International Women’s Day’.

Rabu, 28 Februari 2018

Out Of The Box

Pertengahan tahun lalu, atasan saya di kantor mengamanahkan untuk memimpin satu redaksi kecil dengan output majalah keluarga BPS. Majalah ini merangkum kegiatan kita di BPS Kabupaten Maros sepanjang tahun 2017. Meski rencana awalnya sebenarnya tiap semester. Dan produksinya pun terbatas untuk konsumsi internal kita. Hitung-hitung pembelajaran dan mengasah intelegensia kita di luar habit selama ini.

Tanpa pikir panjang, saya langsung mengiyakan permintaan beliau. Itu memang jiwa saya. Senang menarasikan hal-hal remeh temeh sekalipun. Apalagi menyangkut aktivitas delapan jam di luar rumah setiap harinya. Kecuali menyuruh saya mengutak-atik komputer atau menjadi programmer, atau membikin kue pirex, saya harus mundur selangkah bahkan beberapa langkah. Yang tahu passion kita kan sebenarnya diri kita juga. Yah begitulah, masing-masing orang punya kelebihan dan titik lemah yang sebenarnya disadarinya.

Pedagang

Beberapa waktu lalu, saya menyempatkan diri belanja di satu mini market. Hal yang akhir-akhir ini sebenarnya saya hindari, sebab keberadaan Toserba di mall dekat rumah lebih komplit dan murah.

Namun, karena malas masuk ke mall cuma buat beli beberapa item, saya memilih singgah di mini market yang searah dengan jalur pulang dari kantor ke rumah.

Pesawat

Berada di radius kurang enam kilometer dari bandara internasional, membuat kami sekeluarga sudah biasa dengan hilir mudik pesawat yang mengudara. Suara yang memekakkan telinga di tiap waktu menjadi hal biasa. Melihat body pesawat dari berbadan besar hingga menjadi titik di angkasa, atau dari setitik pena di atas kanvas langit, lalu membesar perlahan-lahan dengan suara yang menderu-deru, adalah pemandangan takjub tiap harinya.

Kadang saya berfikir, begitu banyak orang yang berpesawat tiap harinya. Pagi, siang, sore, malam, hingga dini hari pesawat berlalu lalang. Baik itu komersil maupun militer. Ada yang bepergian melalui terminal pemberangkatan pesawat, pun ada yang berdatangan menuju terminal kedatangan pesawat bandara.

Memahami Watak Pasangan

Di jam istirahat pelatihan kemarin, saya mendapat kesempatan emas mengikuti seminar Mars and Venus, yang dibawakan oleh orang yang sebetulnya  tak saya kenal. Berkat ajakan teman, kami  meluncur ke lokasi seminar. Meski terlambat. Memanfaatkan waktu singkat dengan materi yang begitu menggoda, 'Memahami Watak Pasangan.'

Monyet

Bagi yang sering melintasi jalur poros Bantimurung ke Camba Kabupaten Maros, tentu telah akrab dengan jalanan berkelok-kelok, pepohonan rindang sepanjang jalan, juga tebing-tebing pegunungan yang menjulang. Hutan rimbun kiri  kanan jalan. Angin sepoi-sepoi menambah aura sejuk dan nyaman sepanjang perjalanan.

Perjalanan hari libur (minggu)kemarin, saya manfaatkan bersama suami mengunjungi kecamatan terjauh Maros mengendarai motor. Yakni Kecamatan Camba dan Mallawa. Kami ke sana dalam keperluan pendistribusian dokumen,  koordinasi dengan mitra, serta mengecek harga pasaran bahan-bahan makanan di pasar kecamatan sana.

Lokasinya yang merupakan dataran tinggi, membuat perjalanan kita banyak menanjak, berliku-liku dengan jalanan yang tak terlalu lebar. Jika di depan kita adalah mobil truck, bis atau mobil yang bermuatan berat yang lajunya lambat, maka siap-siaplah bosan. Melambung sisi kanan adalah mustahil. Mencuri sisi kiri jalan lebih bahaya, jurang dengan pepohonan raksasa mengintai.

Menikmati perjalanan dengan suasana berbeda tentu mengasyikkan.Apalagi bersama kekasih hati. Heheh. Kapan lagi menikmati we time bekerja bersama sembari berkencan. Hihihi..Belum lagi bingkisan hasil alam setempat yang diberikan mitra kita. Ada sukun dan pisang. Enak digoreng  buat cemilan keluarga.  Menambah riang suasana hati pastinya.

Pemandangan lucu ketika gerombolan monyet menghadang di tengah jalan. Pun saat perjalanan pulang kita, sekelompok monyet itu lagi-lagi keluar dari sarangnya. Menyebar di pinggir hingga bahu jalan. Di atas motor, suami saya sempat berargumen bahwa alangkah baiknya jika Pemerintah Maros memikirkan membuat kebun binatang di lahan-lahan hutan sekitar daerah Poros Camba ini. Sama dengan Kebun Binatang Taman Safari yang juga berkonsepkan hutan. Saya pun mengangguk sambil memikirkan ide itu. Oh alangkah senangnya jika di kabupaten kami nantinya ada kebun binatang.

Beberapa pengendara motor terlihat menepi.Merekam aksi luar kandang monyet- monyet. Saya meminta untuk melakukan hal yang sama. Turun dan memotret monyet. Hitung-hitung memperlihatkan pada Kiyyah. Tapi ditolak tegas oleh suami.

Beberapa papan informasi memang berdiri kokoh. Melarang keras untuk memotret atau memvideokan monyet-monyet. Dalam hati saya berujar, pantes saja Luna Maya dilaporkan oleh satu lembaga karena mengajak orang utan untuk foto pemotretan cover majalah. Mungkin karena  hewan ini merupakan satwa dilindungi. Sehingga tidak boleh diekspos terlebih dieksploitasi secara komersil.

Himbauan keras lainnya ialah pelarangan memberi makan minum/ minum monyet yang berkeliaran di jalan, atau yang bergelantungan di pohon-pohon sekitar jalan. Hal ini karena makanan manusia bisa menimbulkan sakit perut bagi kaum monyet, juga membahayakan nyawa dan keselamatan monyet jika tertabrak kendaraan akibat mengejar makanan.

Yang terutama ialah pemberian makanan kepada monyet membuatnya malas. Padahal hutan belantara itu diciptakan bukan hanya sebagai habitat mereka saja. Namun di dalamnya lengkap limpahan buah-buahan dan sayuran alami untuk monyet bertahan hidup. Pemberian makanan oleh manusia, tentu akan membuat monyet malas menelusuri habitatnya, malas bergantungan dari pohon ke pohon untuk mencari makan. Tinggal cari enteng saja, menunggu dan menghadang kendaraan yang berlalu di samping habitat hutannya. Makanya, peringatan ini diharap untuk dipatuhi semua pengendara.

Dalam hati saya berujar, jika monyet saja yang tak berakal begitu dididik untuk menjauhi sifat malas, dididik untuk mencari sendiri keperluan hidupnya, berkawan dengan habitat aslinya. bersosialisasi dengan sesamanya. Maka manusia yang diciptakan akal dan naluri, seharusnya tidak perlu lagi dididik untuk melakukan hal yang sama dengan monyet.

Tengok sekeliling kita. Betapa banyak orang sehat yang berlaku seperti monyet yang  saya lihat. Menunggu belas kasih dan pemberian makanan dari orang yang berlalu lalang. Tanpa memperhatikan keamanan dan keselamatan nyawanya. Tanpa menyadari betapa luas  limpahan nikmat di bumi Allah ini. Selama kita ( dan monyet) berupaya. 😇
#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikBahagia
#15HariBercerita
#Harike-11

Beras

Perbincangan tentang beras seolah tak ada habisnya. Sebagai kebutuhan dasar manusia, komuditi ini tentu menjadi perhatian khusus pemerintah. Pola makan masyarakat Indonesia bergantung pada beras. Tak ada beras, berarti dianggap tidak makan. Mensubstitusinya dengan sagu atau palawija seperti di beberapa daerah, tentu bukan opsi terbaik. Beras telah mendarahdaging sebagai kebutuhan pokok dan dasar masyarakat Indonesia.