Titik jenuh.
Setiap orang tentunya berpotensi untuk sampai di titik ini, dalam tiap potongan
hidupnya. Jenuh bisa jadi lahir dari rutinitas berulang yang monoton. Meski itu adalah kewajiban, tapi
adalah menyenangkan jika rutinitas
itu disisipi dengan aktifitas lain yang meringankan
beban kerja otak dan fisik. Menyalurkan hobby, refreshing, ataukah berkumpul
dengan keluarga tercinta misalnya. Namun ada momen-momen tertentu dimana
tekanan akan rutinitas itu makin
menggila dan tak mengenal kompromi. Saya misalnya, sebulan ini serasa dikejar
oleh pekerjaan ad hoc yang tak henti.
Seharian dihabiskan untuk mengumpulkan data di
lapangan, malamnya kemudian dilanjutkan dengan pengeditan, hingga pengolahan data
di depan layar komputer. Hingga hari libur pun terpakai untuk pelatihan dan evaluasi
kerja. Bersama teman-teman, kami kerap mengeluhkan hal yang sama. Kepala yang migrain,
pinggang yang serasa nyeri, persendian yang melemas, lingkaran mata yang makin
menegaskan gurat kelelahan. Dan lain-lain.