Cinta adalah kasih yang mengalir tanpa pengharapan apapun. Tengoklah
di sekelilingmu, apakah ada yang menawarimu jutaan kasih yang berlimpah, selain
keluarga? Cinta pertama saya ada di sini.
Bagi sebagian orang, cinta pertama kerap diartikan sebagai perasaan ‘menggila’ terhadap lawan jenis. Bisa jadi, dia yang pertama menghadirkan pelangi di hari-harimu, ataukah dia sebagai orang pertama yang merubah hari-harimu menjadi lebih cerah, positif, dan penuh gelak tawa. Mengisahkannya, terasa semua memoar terbuka lebar untuk melukis tentangnya.
Bagi sebagian orang, cinta pertama kerap diartikan sebagai perasaan ‘menggila’ terhadap lawan jenis. Bisa jadi, dia yang pertama menghadirkan pelangi di hari-harimu, ataukah dia sebagai orang pertama yang merubah hari-harimu menjadi lebih cerah, positif, dan penuh gelak tawa. Mengisahkannya, terasa semua memoar terbuka lebar untuk melukis tentangnya.
Tapi bukan itu yang hendak saya
bagi. Cinta pertama saya adalah mereka yang berani mempertaruhkan apapun,
sekalipun itu nyawa, agar dapat melihat
gurat-gurat bahagia di wajah saya melekat manis. Cinta pertama saya di dunia ini tertuju kepada sosok-sosok teduh
sang penyelamat hidup. Bagaimana tidak! Tuhan menciptakan kita di dunia ini
tidak sebatang kara. Ada tangan-tangan malaikat yang meniup roh dan nafas kita,
yang tadinya tidak beraturan menjadi normal. Tangan-tangan itu, kemudian
menjadikan kita yang tadinya nihil (tak terbentuk), menjadi terisi dan
terbentuk sempurna. Tangan-tangan itu tidak hanya mengasuh, merawat, atau
menunjuk. Tapi menggiring ke pintu-pintu kebaikan. Di sanalah muara cinta saya
tergenang. Keluarga, tempat cinta pertama itu bersemi!
Saya dibesarkan dari lingkungan keluarga yang
sederhana, tapi dengan pemikiran modernis. Mampu mendombrak pikiran primitif
sebagian keluarga. Ibu, adalah perempuan tercantik sepanjang masa. Cantik
rupanya, cantik akhlaknya, cantik budinya, cantik setianya, dan cantik
pengabdiannya. Di sampingnya adalah seorang ayah tertampan sepanjang zaman.
Tampan rupanya, tampan jiwanya, dan tampan semangatnya. Seorang adik laki-laki
menjadi teman bermain sepanjang hidup. Selisih dua tahun, membuat selera muda
kami, sama dalam banyak hal. Dia menjadi navigator handal dalam banyak peluang
pentingku. Tapi tak jarang menjadi sasaran empuk untuk keegoisanku. Atau
menajadi doraemon yang kerap kumintai
kantong pertolongan. Kami berempat adalah mata rantai cinta. Dan rumah, adalah
museum dari segala rasa cinta yang dititipkan Tuhan untuk kami pelihara,
tumbuhkan, dan jaga keawetannya.
Sejak kecil, kami dididik untuk
berjiwa mandiri dan memegang amanah. Tidak tergantung sepenuhnya oleh orang lain.
Meskipun hanya memiliki dua orang anak, ayah tidak memberikan fasilitas
berlebih kepada kami. Semua serba terbatas dan harus bernilai guna. Nilai
kejujuran pun telah dibiasakan sejak dini kepada kami. Uang jajan misalnya,
beliau hanya meletakkan begitu saja segopok uang ribuan yang selalau berwujud
‘baru’. Sisa kami sendiri mengambilnya sesuai kebutuhan jajan per harinya, dan
mesti ada yang tersisa untuk dicelengangkan . Begitupun terhadap rasa syukur
kita kepada Sang pencipta. Tak boleh melewatkan setiap lima waktu untuk shalat.
Dan berbagi rezky dan ilmu kepada
saudara-saudara dan keluarga yang bernasib kurang beruntung.
Sosok kharismatik ayah begitu
melekat hingga usia dewasaku. Ajaran-ajarannya menjadi bekal tersendiri kala
diri ini tak lagi serumah dengannya. Sejak memutuskan kuliah di Makassar, hingga
mampu mencari nafkah sendiri. Kami telah terpisah jauh, meskipun sudah barang
tentu waktu libur akan saya maksimalkan untuk berkunjung dan berkeluh-kesah
langsung dengannya. Beliau adalah tauladan sepanjang hayat. Sang dermawan
sejati di mata keluarga. Masih terngiang-ngiang rasanya, keinginannya agar saya
sebagai anak perempuan harus berdikari dan jadi kebanggaan keluarga. Dari soal
pendidikan, beliau memang memperjuangkan mati-matian gelar pendidikan tinggi
untuk saya dan adik. Meskipun, hanya berkantong
karyawan swasta, sebisa mungkin akan berupaya memenuhi semua kebutuhan akademik
kami. Sekalipun itu harus mengutang kepada atasannya.
![]() |
Love My Family |
Saya teringat enam tahun silam,
kala duduk di semester lima. Jarang sekali saya minta barang mewah kepada ayah.
Dengan sedikit memaksa, saat itu saya meminta untuk diberikan laptop, guna
menunjang kegiatan akademik saya. Tapi, dengan penuh sesal dan tatap mengiba.
Beliau jujur tak menyanggupi, karena kebutuhan primer lain masih banyak. Dan adik,
dipersiapkan pula untuk mendaftar ulang sebagai mahasiswa baru. Dengan mimik
sedih, beliau paparkan agar kiranya saya memanfaatkan jasa warung internet saja
dulu, untuk menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Ataukah memanfaatkan
fasilitas perpustakaan, dan tak boleh sungkan meminjam laptop teman. Yang jelas,
prestasi tidak boleh terhambat hanya karena tak memiliki laptop. Permohonan
maaf dia ucapkan, untuk ketidakmampuannya memenuhi permintaan saya itu, dan
berjanji akan mengusahakan secepatnya. Apakah dengan itu saya lantas marah dan
berkecil hati?Tidak.
Semalaman saya mengurung diri di kamar, tak
tega rasanya melihat kesedihan ayah yang
telah puluhan tahun membanting tulang untuk kehidupan kami. Saya sedih bukan
karena tak mendapat laptop, tapi sedih karena kesedihan ayah yang tak bisa menyanggupi
permintaan anak gadisnya. Saya sudah terlalu sering merepotkanmu ayah. Dan malam itu, saya
berjanji. Tidak akan menuntut barang ‘mahal’ lagi kepadanya. Hingga akhirnya,
justru saya mendapatkan fasilitas laptop dari instansi tempat saya bernaung.
Selepas sarjana.
Ibu, dia adalah mata air
kesejukan kami. Senyum pertama yang hadir kala nafas pertama ini menyapa dunia.
Dialah cinta dari segala cinta. Menyayangi sepenuh hati, dan tak bosan
memberikan semangat dan dukungan pada tiap langkah kami. Beliau selalu
mengajarkan kami untuk menjunjung tinggi toleransi dan penghormatan kepada sesama
manusia. Tak melihat latar belakang dan siapa di hadapan kita. Dengan modal
pendidikan yang apa adanya, beliau mampu mencetak kami berdua meraih pendidikan
yang lebih berderajat. Setidaknya itulah mimpi kecilnya dulu. Menjadikan kami
orang yang berpendidikan dan beradab. Ibu adalah sumber solusi , penawar luka
dan gulana saya.
Nyaris tiap keluh kesah saya, diketahuinya.
Karena kami memang sebatin, dan saling membutuhkan satu sama lain. Pernah, dia
bertandang ke kost- ku. Karena
letih dan perasaan capek yang tak tertahankan, saya langsung baring daN
tertidur . Setengah sadar, saya mendapati bagian punggungku terasa disentuh
oleh sengatan yang sangat mengenakkan. Rupanya beliau sedari tadi memijit
seluruh punggung belakangku ketika tertidur pulas. Ya Tuhan, sungguh berdosa
saya. Harusnya terbalik, saya di posisi
yang memijat seluruh badannya. Saya pun menampik lengannya, dan malah dibalas
oleh anggukan tak keberatan. “Sini saya pijit, pasti kamu capek seharian
bekerja,” pintanya. Rasanya seperti seorang putri yang dimanja oleh malaikat
cantik. Selalu seperti itu. Pernah saya berkeluh kepada Tuhan, bagaimana
jadinya hidup saya jika kedua orangtua ini telah tiada. Membayangkannya saja,
rasanya bulir-bulir air mata ini akan jatuh tanpa ada komando.
Memiliki seorang adik laki-laki, menjadi
warna tersendiri di hari-hari saya. Sikapnya yang sangat cuek, namun menyimpan
rasa cinta yang begitu besar kepada keluarga kami. Reza, demikian namanya
adalah saudara sekaligus teman berbagi saya sepanjang hidup. Kami sangat
kompak, dalam hal apapun. Mungkin karena kebersamaan yang panjang, menumbuhkan
darah persaudaraan kita yang semakin hari makin menyatu. Semasa kuliah, pernah
saya sekamar dengannya. Dengan berbagi tempat
tidur bersusun. Kami tidak risih, dan saling mengerti. Ruang yang sempit itu,
tak boleh mengalahkan semangat kami untuk menikmati proses menjadi orang ‘besar’
kelak. Seperti cita-cita ayah dan ibu. Untuk beberapa teman pria yang mendekati
saya, dia pun kerap memberi penilaian. Harus menjaga jarak atau tak mengambil
pusing untuk teman pria yang menurutnya kurang sopan.
Meskipun saat ini, kami terpisah jarak yang
sangat jauh. Dikarenakan wilayah pengabdiannya di ujung negeri ini. Namun segala
media komunikasi tetap mempersatukan kami. Jika tak ada kerjaaan, kami kerap
ngobrol ngalor ngidul mengisi malam. Dan dibalik sikap cueknya, dia
sering menanyakan kabar dan kondisi kesehatan saya, ayah, ibu, maupun sanak keluarga lain. Kami
berempat adalah satu kesatuan cinta yang hakiki. Saling menebar manfaat dan semangat.
Dan sudah pasti, akan terus di sisi dalam keadaan suka maupun duka. Tuhan adalah Sang Maha Cinta dengan segala kebesaran-Nya.
Dan cinta saya terhadapnya, akan sejati
dan mutlak sebagai makhluk ciptaan-Nya. Tapi keluarga, saya sampai di bagian bahwa
mereka adalah cinta pertama saya. Sebelum saya mengenal cinta-cinta lain yang
menawarkan keindahannya. Ayah, Ibu, Reza, saya mencintai kalian tulus. Karena Allah.
11 komentar:
Hiks...hiks... terharu Mba. Memang kasih sayang Ayah dan Ibu tak ada duanya. Tak ada cinta manusia yang melebihi cinta mereka. Salam hormat untuk semua Orangtua di dunia yang mengabdikan hidupnya utnuk kebahagiaan keluarganya. Semoga kita pun menjadi orangtua yang penuh kasih sayang pada keluarga.
Hiks hiks... Ikut terharuu... Huaaaaa.... Hadiah Allah yg tak trnilai... Tak smua org bisa mrasakan itu, trmasuk saya... Trima kasih u crita indah ini...(lanjut mewek..huaahuhuhu)
Luar biasa,
Reza bagaikan bodyguard, :), salut dengan adiknya.
Lantas enak juga kalau ada yang pijit saat benar2 pegal. :)
Sungguh keluarga yang harmonis, semoga kebahagiaan itu menular ke orang lain, allahumma aamiin...
salam
Hiks...ikut terharu...Keluarga yang menyenangkan. Kelak kita akan menjadi orangtua seperti mereka, pasti akan berusaha membahagiakan anak-anaknya. Ingin membelikan sesuatu pada anaknya meski takpunya uang, memijitnya ketika anak kita capek.
Saudara laki-laki, lagi-lagi aku bersedih karena aku takpunya saudara laki-laki seperti yang mbak rasakan. Tapi gpp..ada suamiku yang akhirnya menggantikan posisi itu ketika aku menikah.
Terima kasih apresianya mbak2. Senang membaca koment-koment kalian
iri dengan mbak karena keluarga masih lengkap :(
semangat cinta keluarga :D
http://chemistrahmah.com
Keluarga memang tempat segala-galanya, penuh cinta :)
Ehh,,tdk terasa jatuh juga air Mata ini,,ǺLƗƗȃ♏ϑǚLǏLLȃƗƗ Keluarga yg sangat harmonis penuh Cinta Kasih,,S skrang Orang Tua kamu sel sdah sangat bersyukur karena apa yg Mereka telah korbankan slama ini sdah Menjadi kenyataan2 Indah,anak anaknya telah berhasil menjadi apa yg mereka harap dn Doakan siang dn Malam,,!!
Hehhe. Mama Lalla.. Perasaans selalu nangis deh baca tulisan-tulisanku
TOKO HANDPHONE TERBESAR TERLENGKAP TERMURAH TERPERCAYA NABILA SHOP Produk dijamin asli orginal.Dapatkan harga promo Nabila Shop Barang yang Kami Tawarkan Semuanya Barang ASLI ORGINAL Ada Garansi Resmi Distributor dan Garansi TAM 2 bebas resiko bebas penipuan.
Semua Produk Kami Baru dan Msh Tersegel dLm BOX_nya.
BERMINAT HUB-SMS 085-757-299-675 ATAU KLIK WEBSET RESMI KAMI http://nabilashop77.blogspot.com
Ready Stock! Samsung Galaxy S4 Mini Rp.2,500.000
Ready Stock! Apple iPhone 5 Rp.2,700.000
Ready Stock! BlackBerry 9380 Orlando - Black.Rp.900.000,-
Ready Stock! BlackBerry Curve 8520 Gemini.Rp.500.000,-
Ready Stock! BlackBerry Bold 9780 Onyx 2.Rp.800.000,-
Ready Stock! Blackberry Curve 9320.Rp.700.000,-
Ready Stock! Samsung Galaxy Note 10.1.Rp.2,500.000.
Ready Stock! Samsung Galaxy Tab 2 (7.0).Rp. 1.000.000
TOKO HANDPHONE TERBESAR TERLENGKAP TERMURAH TERPERCAYA NABILA SHOP Produk dijamin asli orginal.Dapatkan harga promo Nabila Shop Barang yang Kami Tawarkan Semuanya Barang ASLI ORGINAL Ada Garansi Resmi Distributor dan Garansi TAM 2 bebas resiko bebas penipuan.
Semua Produk Kami Baru dan Msh Tersegel dLm BOX_nya.
BERMINAT HUB-SMS 085-757-299-675 ATAU KLIK WEBSET RESMI KAMI http://nabilashop77.blogspot.com
Ready Stock! Samsung Galaxy S4 Mini Rp.2,500.000
Ready Stock! Apple iPhone 5 Rp.2,700.000
Ready Stock! BlackBerry 9380 Orlando - Black.Rp.900.000,-
Ready Stock! BlackBerry Curve 8520 Gemini.Rp.500.000,-
Ready Stock! BlackBerry Bold 9780 Onyx 2.Rp.800.000,-
Ready Stock! Blackberry Curve 9320.Rp.700.000,-
Ready Stock! Samsung Galaxy Note 10.1.Rp.2,500.000.
Ready Stock! Samsung Galaxy Tab 2 (7.0).Rp. 1.000.000
Posting Komentar