Matahari masih
malu-malu merangkak pagi ini di langit Makassar (5/3/2015). Ketika saya hendak
menempuh 30 km perjalanan ke Maros. Selama tujuh bulan terakhir ini, saya
memang melewati subuh dan pagi dengan kondisi yang tak biasanya. Terbangun saat
lantunan indah ayat-ayat Al-Quran dari Mesjid AL-Markaz mulai menggema, bersukacita
menyambut datangnya waktu Shalat Shubuh. Puja puji Asma Allah begitu
terdengar merdu menenangkan saban subuhnya, membuat rasa syukur akan hidup ini
tumpah ruah. Hal ini yang membikin semangat saya terus hidup tiap pagi.
Tujuh bulan terakhir ini saya menjadi penduduk liar warga di Sunu Makassar.
Yang hanya numpang istirahat di malam hari saja.