Aku terima
untuk menikahinya, Shaela Mayasari binti Anshar Sandje dengan membayar mas
kawin sebuah kalung emas dan seperangkat alat shalat dibayar tunai karena Allah.
Seuntai
kalimat panjang, dengan sekali tarikan nafasmu itu memecah hening, menjawab
kelegaan yang sekian lama terpendam. Membungkam
rasa takut dan mawas yang belakangan minggu
terus menghantui. Sorak keluarga, kerabat, & sahabat merangkul keharuan
kita pagi itu. Wajah-wajah teduh itu turut pula menjemput syukur dan bahagia kita.
Suamiku, Minggu, 26 Juli 2015, engkau telah
bersedia ber-Mitsaqan Ghaliza (berjanji dan bersumpah) di hadapan Allah dengan
disaksikan manusia dan malaikat- malaikatnya. Memuliakanku dengan mahar ikhlasmu.
Menjawab ijab yang keluar dari suara serak & bibir gemetar Ayahandaku. Menggantikan
perannya yang telah 27 tahun menanggung hidupku. Yang telah bertanggungjawab
akan segala dosa dan amalan-amalanku. Hari itu, engkau meminta izin untuk
menggantikan perannya itu. Menjadikanku sebagai amanahmu, hidup dan mati.
Merunut ke belakang, perjalanan hidup dari
Sang Skenario Kehidupan ini benar-benar ajaib. Telah jauh kaki ini melangkah.
Berkawan dengan banyak orang dan tempat. Menaruh sembunyi-sembunyi harap dan
secuil asa, dari janji-janji manis yang datang menyapa. Menenteng sabar dan ikhlas kemana-mana. Kenapa
menentengnya? Karena dua hal inilah yang pada akhirnya saya jalani dan sangat
saya yakini mampu menenangkan jiwa, mendamaikan hari. Sabar dan ikhlas adalah
kunci sebaik-baiknya kunci kebaikan. Dan saya memilihnya, pilihan yang akhirnya
bermuara menuju telaga cintamu. Hmm, ternyata jodohku engkau yang setiap
harinya kujumpai di rumah keduaku. Kantor tempatku mencari peruntungan empat
tahun terakhir. Setelah hati ini terombang-ambing, jauh, tak menentu arah,
menggilas banyak waktu. Jawaban Allah ternyata begitu dekat, sangat dekat.
Subhanallah.
![]() |
Resepsi Pernikahan Kita |
Sebagai perempuan dewasa, melalui
hari-hari dengan menunggu kehadiran
teman hidup, adalah sebuah misteri yang membutuhkan kebesaran hati. Ada luka yang tertoreh di
gelapnya malam, memaksa kita meringis menahan sakitnya. Nurani yang menangis
memendam rindu, tawa dan lara yang ingin dibagi, serta potret masa depan yang
begitu indah ingin dirancang bersama
sang nakhoda, menjadi bayang-bayang yang seolah tak mau pergi. Menjaga
kehormatan diri tentu adalah prinsip. Membentengi diri dengan prinsip tersebut
adalah pilihan tegas. Karena lingkungan, kawan, dan kumbang-kumbang yang
mendekat tak bisa dijangkau isi hatinya. Percaya pada Allah. Jodoh adalah kehendak-Nya.
Semuanya misteri yang hanya diketahui dan dirancang oleh-Nya saja, sang
sutradara tunggal. Hanya sabar dan ikhlas sebagai penyempurna sujud- sujud
malam yang bisa mengetuk kehendak-Nya.
Sampai detik ini, saya masih tidak percaya
Allah memberikan bingkisan kado yang begitu
indah. Maafkan jika saya menganalogikannya ‘nyaris sempurna’. Rupawan
akhlaknya, rupawan pekertinya, rupawan tuturnya, dan utama memiliki kecintaan
yang begitu besar kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Memikirkan sosok jenius,
sederhana, tak banyak bicara, berjiwa penolong, dan shaleh ini akan menjadi pendamping hidupku
seperti sekarang, jelas tak terlintas pada mulanya.
Bagaimana bisa orang yang seaktif dan
sereaktif saya, mampu beriringan bersama orang yang hanya berbicara jika hal
tersebut sangatlah penting !Bagaimana bisa saya yang meletup-letup dan kelewat
kritis ternyata dipuja oleh orang sesabar dan sebijaksana dirimu! Yang selalu
berhusnudzon kepada semua orang, yang memiliki empati tingi dan lebih
mengutamakan kepentingan orang lain dibanding dirinya sendiri. Bagaimana bisa
saya yang senang keramaian dan gemar bergaul, bakal hidup bersama dengan orang
sedingin dan setenang dirimu! Bagaimana bisa saya yang sangat lemah matematika
ini ternyata didamba oleh seorang ahli sains, gemar melahap segala rumus algoritma matematika!
Bagaimana bisa saya yang begitu eksis diberagam
media sosial, ternyata begitu diperhatikan oleh orang yang justru pasif di
medsos? Yang menganggap medsos sebagai tempat silaturrahim dan sebagai sumber informasi/ilmu saja. Bukan sarana untuk
mengaktualisasi diri dengan beragam status alay, religius ataukah intelek.
Medsos bagimu bukan wadah untuk pamer tempat liburan, pamer buku yang sedang
dibaca, musik yang sedang didengar, pamer pergaulan, pamer makanan dan minuman
yang hendak disantap, terlebih untuk pamer muka sok imut hasil rekayasa teknologi. Kenarsisan yang tak lazim
di matamu itu, sangat biasa saya lakukan. Jadi bagaimana bisa kita bersisian, sementara dari semua sisi kita saling bertolak
belakang? Bagaimana bisa pada akhirnya kita bersepakat menjalani hidup bersama,
sementara kebiasaan-kebiasaan kita ini berseberangan?
Engkau yang begitu rapi dalam berpikir dan
bertindak, tenang menghadapi tekanan, sementara saya yang mudah panik, penuh
spontanitas dalam berpikir dan bertindak. Logika saya pun kadang tak mampu menjangkau
kebisaan ini. Hhmmm. Namun beragam cara diturunkan Allah untuk merekat segala perbedaan kita.
Maha Kun Fayakun ini menakdirkan kita berjodoh untuk saling melengkapi satu
sama lain. Dengan segala macam jalannya. Kita menempuh jalan mulus, melewati
aral, menukik tajam, berbadai, penuh lika-liku bebatuan tajam, sampai kaki
kita berdarah-darah untuk saling memperjuangkan. Kita pernah di satu titik
sepakat untuk saling menghalalkan, dan juga kita pernah nyaris di satu titik
untuk saling mengikhlaskan saja. Badai di depan kita tidak selapis, tapi
berlapis-lapis terpaannya sejak niat mulia itu terpatri di hati masing-masing. Beruntung,
Allah menjadi pondasi kuat kita dalam segala hal. Hingga pada akhirnya kita
lagi-lagi takjub dengan kebesarannya.
![]() |
Waktu Senggangmu dengan Membaca Al-Quran |
Dikatakan Rasulullah, jikalau secara
fitrah, manusia akan selalu cenderung pada kebaikan. Tetapi, untuk selalu
sejalan dengan fitrahnya, sangatlah sulit. Karena, ketika manusia hendak
memilih kebaikan, akan selalu ada bisikan-bisikan yang menghalanginya, dan
menganjurkan yang sebaliknya. Maka disinilah, dibutuhkan kekuatan iman yang
besar. Apakah terus dengan niat baik itu, ataukah mengikuti kehendak syetan
yang mengajak pada kesesatan. Dan benar,
bisikan-bisikan untuk berbelok arah itu ada. Disinilah engkau menunjukkan sisi
kedewasaanmu, merangkul hatiku yang gampang luruh dan menyerah. Sering membisikkan untuk memperjuangkan
bersama-sama niat mulia kita, menjadi pengikut Rasulullah seutuhnya. Saling
memuliakan dalam jalinan tali pernikahan. Engkau sering mengajakku untuk tak henti
bertawakkal, tak putus doa, tafakur di jantung-jantung malam, membicarakan semua
masalah ini kepada Allah saja. Karena bukankah di Al –Quran jelas ayat Allah, Fa' inna Ma'al 'Usri Yusra,
'Inna Ma'al 'Usri Yusra “ (sesungguhnya bersama dengan kesulitan, ada
kemudahan. Bersama dengan kesulitan, ada kemudahan. Dan benar saja, jawaban atas doa-doa kita
ada tepat di ujung usaha. Dimana kata menyerah dan putus asa telah membayang di
depannya.
Membicarakan
awal perkenalan kita, tak ada yang istimewa. Namun kebersamaan saban harinya
rupanya menjadi akar yang kuat tumbuhnya pohon cinta kita. Sebagai pekerja
lapangan yang sering bersisian (baca: kerja tim), teriknya matahari mengasah raga kita berdua tumbuh kokoh dan bermental
petarung. Pengalaman mewancarai ribuan responden tak bisa mengubah karakter aslimu yang tenang. Itu tak menjadi
masalah, karena disanalah kharisma itu terpancar. Sebaliknya saya menyadari
malah pekerjaan ini membentuk saya semakin cerewet dan lebih mendalami banyak
karakter orang.Hahaha..Lagi-lagi kita berbeda.
Sawah,
pedesaan, jalan terjal berliku di balik pegunungan, beningnya sungai, kendaraan
dinas, alat-alat ubinan, ruang-ruang kantor dan berpuluh-puluh dokumen menjadi
saksi tumbuhnya benih-benih cinta kita. Teman kita setiap harinya. Atau lebih
tepatnya pemersatu kita. Dan tidak cukup berkotak-kotak kata, menjabarkan
bahagia yang dirasakan hati ini ketika seorang yang begitu shaleh, sederhana,
& dermawan datang seorang diri sebelum membawa sanak keluarganya. Setulus
hatinya meminta langsung kepada Wali ku yang merupakan Wali Allah, untuk meminangku menjadi bidadarinya
selama-lamanya. Tentu persoalan pelik tidak akan lari bersama genggaman
bahagia. Tapi selama kita berfikir positif dan menganggap segalanya akan mudah ketika
kita melibatkan Allah. Maka raut-raut kebahagiaan itu akan merajai dan memenangi
masalah yang konon pelik itu. Haha. Lagi-lagi saya merekahkan senyum ketika
tutur sejukmu itu keluar.
Dua minggu pernikahan kita, saya dibikin
berbunga-bunga tiap saatnya sayang. Caramu menghargaiku, menghargai kedua
orangtuaku yang kini jadi orangtuamu juga. Caramu mengingatkanku shalat tepat
waktu ketika engkau berjamaah di masjid. Caramu memperbaiki tajwid bacaan Qur’an
ku. Caramu mengajarkanku lafalan-lafalan doa terbaik di waktu-waktu mustajab. Membetulkan
dua ayat terakhir Surah Al-Baqarah yang masih belepotan aku lafalkan. Agar
senantiasa kita mendapat ampunan, ridho, dan perlindungan-Nya. Caramu berbisik
untuk memperbaiki posisi dudukku ketika kita mengunjungi makam leluhur kita,
seperti yang dicontohkan Nabi. Caramu menyemangatiku
untuk terus mengasah otakku, membaca, menulis, mengejar ketertinggalan kuliahku karena cuti
panjang pernikahan kita.
Pernikahan memang menghadirkan indahnya Jannah
(Syurga) dalam tiap detik yang berlalu dalam keluarga kecil kita. Bagiku, ini
adalah sebuah tarbiyah panjang. Murabbi (pendidik) yang sebenarnya adalah Allah. Pernikahan memestikan
kita untuk terus berbenah, berjalan
secara bertahap, step by step, sehingga tidak memberatkan dan memaksakan, meski
juga tidak ringan. Engkau sebagai imamku, adalah orang kepercayaanku saat ini.
Apapun yang engkau lakukan, akulah orang pertama pengikutnya. Tetapi saya pikir
kita sepakat, manusia tempatnya khilaf dan dosa. Maka saya pulalah, orang pertama yang akan
meluruskan kakimu ketika salah melangkah. Memberikan sudut
pandang lain ketika cara melihatmu hanya
satu sisi saja.
Dan tentang
Bilal, nama bayi lelaki mungil khayalan kita. Nama anak lelaki yang sangat aku
sukai, dan kau pun menyukainya. Lelaki
bersuara merdu, menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya. Bilal adalah
orang pertama yang mengumandangkan adzan dalam sejarah Islam, setelah melewati
siksaan perih dari kaum Quraisy. Pengumandang suara langit ini, menjadi Muadzin tetap pada masa Rasulullah SAW
dan menjadi kesayangan Rasul. Semoga sosok Bilal junior itu bisa dihadirkan di
keluarga kecil kita. Yang akan menyerukan tauhid Allah. Memanggil merdu orang-orang untuk senantiasa mendirikan
shalat.
Doa ini mengalir bersama nadiku setelah resmi
menjadi seorang istri. Tapi ketika Allah belumlah mengiizinkan, engkau lah
suamiku tempatku bersandar menahan rindu. Karena sejak pertamakali kuketahui
niat baikmu ingin memperistriku, sejak itu saya telah begitu yakin. Engkaulah
orang pilihan Allah yang sengaja dikirim untuk menutup sedihku, menghibur
laraku, menyempurnakan kekuranganku, dan melengkapi bahagiaku. Terimakasih
telah memilihku diantara sekian banyak Hawa yang kau jumpai di bumi Allah ini.
Terimakasih telah menambatkan kepercayaan untukku, sebagai ibu dari anak-anakmu
kelak, dan rumah tempatmu berlindung.
Bersamamu, sempurna Dien ku. Aamiin.
7 komentar:
Aamiin,,,,,, bahagia selalu cika'.... #mewekka' ayaaaahhhh. hahahhaaa
Subhanallah kak, semoga samawa hingga akhir hayat.
Masya Allah!!! Inilah jawaban atas Setiap sujud di sepertiga malammu kak. Sampai nangis bacanya.;( (Tagis bahagia) Selamat berbahagiaaa..kakakqu sygg..™™:* :*
Jika kesempurnaan adlh milik Allah, dg bersamanya Allah memberi hidup yg nyaris sempurna untukmu kak!!({}) <3<3
Alhamdulillah bagus... Semoga allah senantiasa memberikan yang terbaik dan mengabulkan mimpi2 kecilmu say.. Amiinnn ya rabb
Mksihh cika, rahma,Husna,ebi..tlah meluangkan waktu baca kisahku..pnjgx itu..hehe..aamiin untk doa2x
Moga samawa cla... Luangkan waktumu kita jumpa2 yehhh... Miss u baby
Posting Komentar