(Tulisan ini untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2017)
Beri aku 1.000 orang tua, niscaya
akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan
dunia”(Soekarno).
Kalimat
di atas ialah ungkapan presiden pertama Indonesia, Soekarno yang menggambarkan
begitu dahsyatnya kekuatan pemuda untuk mengguncangkan dunia. Seribu orang tua
bisa bermimpi, sementara satu pemuda bisa mengubah dunia.Mengapa demikian?
Di dada pemuda,
sebuah perubahan bisa terjadi. Sebab, daya imajinasi, intuisi, kreatifitas, dan
inovasi senantiasa melekat pada jiwa pemuda. Semangat nasionalisme juga mudah
terbakar di dada pemuda. Pemuda identik dengan keberanian dan idenya yang gila.
Didukung kemampuan fisik yang kuat, diharapkan mampu mengeksekusi segala ide positif yang
tertanam di benaknya itu. Adapun Undang-Undang Kepemudaan nomor 40 tahun 2009
menegaskan tentang batasan usia pemuda Indonesia yakni 15 sampai dengan 30
tahun.
Hasil
proyeksi penduduk Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2017 sebanyak
261.890,9 ribu orang. Jumlah penduduk yang masuk dalam kategori pemuda ialah 64
938,7 ribu orang. Dari hasil piramida kelompok umur, jumlah ini termasuk tipe
expansive dengan sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda.
Modal
ini diharapkan bisa membawa Indonesia lebih baik. Lebih bertaring dan menjadi bangsa yang disegani. Pemuda
merupakan generasi muda yang sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan
bangsa Indonesia. Pemuda selalu menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam
suatu bangsa yang dapat merubah pandangan orang. Dengan ide – ide ataupun
gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berpegang teguh kepada nilai
norma dan adat-istiadat yang berlaku di dalam masyarakat. Pemuda harus
menunjukan jati dirinya sebagai orang Indonesia. Bahkan wajib mengenalkan
Indonesia dengan segala potensinya ke dunia internasional. Sehingga nama
Indonesia bisa mendunia.
Peristiwa
sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari
Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu
bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari
Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini
setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Momentum
Hari Sumpah Pemuda ini sebaiknya dijadikan renungan. Bahan refleksi diri. Apa
yang sudah kita perbuat untuk bangsa dan negara. Pemuda harus menjalankan fungsi
dan perannya dengan sungguh-sungguh. Yang di sekolah belajar dengan
sungguh-sungguh, yang di perguruan tinggi mengasah soft skill dan hard skill
nya hingga siap menghadapi dunia kerja. Para atlit tak bosan-bosannya latihan
untuk memberikan yang terbaik di laga-laga internasionalnya. Pemuda-pemuda desa
bahu-membahu membangun desa, menjaga teritori dari ancaman-ancaman buruk yang
ada.
Dalam
perekonomian, peran pemuda Indonesia juga cukup vital. Masih menurut BPS,
berdasarkan angka Survei Angkatan Kerja Nasional 2016, dari 118, 41 juta penduduk yang bekerja,
28,50 persennya adalah pemuda. Sektor-sektor ekonomi yang digeluti pemuda
bekerja, ialah Jasa-jasa (51,94 %), Manufaktur (25,03%), dan Pertanian
(23,03%). Pemerintah dituntut bisa menciptakan
iklim kerja yang kondusif untuk pemuda. Seyogyanya menjadi lokomotif gerakan
pengembangan bakat para pemuda. Mengentaskan angka pengangguran. Cara paling
tepat adalah pola pembangunan kepemudaan yaitu dilakukan secara sitematik, komprehensif,
akseleratif, sinergis, dan integratif. Pemerintah diharapkan mampu menyediakan
wahana aktualisasi diri yang positif dan konstruktif, serta mudah dijangkau
oleh pemuda.
Di
zaman kontemporer saat ini, dimana era digitalisasi menjadi gaya hidup
masyarakat. Pemuda sebaiknya mengambil hikmah positif dari itu. Ilmu saat ini ibarat
pasir putih di hamparan pantai. Kapan, dengan siapa, dan di manapun kita bisa
belajar banyak hal. Bukan lagi siapa yang dibekali bakat, tetapi siapa yang
gemar belajar dan mengejar ilmu. Bukan
sebaliknya, terjerambab di zona nyaman, hingga lupa bahwa zaman terus bergerak,
dan perubahan paradigma akan selalu ada. Kita
tak melulu sibuk sebagai model media sosial saja. Hal yang marak juga kita jumpai
di dunia kriminalitas, dimana pelakunya ialah pemuda yang masih labil dan juga
di bawah umur. Tengoklah berita aksi pembegalan, penjambretan, dan korban
narkoba yang wara-wiri akhir-akhir ini. Hal ini bisa jadi karena faktor lingkungan,
korban disfungsi keluarga, juga cara berpikir yang instan dan labil. Jika bibit
pemuda sedari awal tumbuh seperti ini, maka jangan harap peran agen of
change untuk mengubah dunia bisa terwujud. Saatnya berbenah. Tentu kita
menginginkan seorang Mark Zuckerberg juga bisa lahir dari Indonesia. Mari berikan
yang terbaik untuk Ibu Pertiwi. Jika kita bukanlah bagian dari solusi, maka
jangan jadi polusi di negeri sendiri.
Selamat Hari Sumpah Pemuda.
0 komentar:
Posting Komentar