Maka menjadi aneh, ketika seorang
kawan baik saya malah muak dengan membludaknya film ini. Baginya, buku maupun
film Habibie Ainun tak lebih dari ekploitasi berlebih ranah pribadi mereka.
Habibie secara tak langsung mengkomersialkan kisah pribadinya, hal yang sangat
privasi menurutnya. Dan parahnya lagi, masyarakat Indonesia justru mengapresiasi
baik histori percintaan mantan orang nomor satu di negeri ini. Sutradara pun sontak
mendapat durian runtuh, film ini barangkali satu-satunya film di Indonesia yang
ditonton oleh semua lapisan umur.
Kamis, 31 Januari 2013
Ironi Kisah Cinta Habibie Ainun
Jumat, 18 Januari 2013
Kerja Keras Selalu Juara !
Siang itu langit
lagi cerah-cerah nya, seolah ikut mewakili hati seorang mahasiswi. Sang
Profesor baru saja melekatkan gelar Sarjana Pertanian di ujung namanya. Di luar ruangan, beberapa kawanan nampak sibuk
menyalami sarjana baru, ber-tos ria, cipika
cipiki, dan berpesta snack,
seolah perayaan kecil telah lepas dari belenggu akademik yang mengikat lima
tahun lamanya. Ya, beberapa jam diriku larut dalam sukacita pasca Yudisium.
Namun, beberapa jam kemudian tatkala malam menyapa. Saya tertegun. Berfikir,
akan menjadi apa selepas ini?
Saya harus
berpenghasilan. Selepas yudisium, haram hukumnya meminta se-sen pun uang Ayah
lagi. Ini sudah janji pada diri sendiri, melihat perjuangan beliau
menyekolahkanku. Mulai kini, tekadku telah bulat mencari pekerjaan. Hidup ini
mesti diperjuangkan. Tak cukup membantu Ayah menjadi anak salehah. Hidup
mandiri tanpa subsidi siapapun, menantang di depan mata. Toh Ayah hanyalah
karyawan swasta biasa yang oleh picingan mata pimpinannya, bisa berhenti kerja
kapan pun. Malam itu, surat lamaran kerja pertama dibuat.