RSS

Senin, 25 Februari 2013

I B U



Harapan  itu seketika tumbang, Ibu!
Bersama dengan tumbangnya matahari sore di ufuk barat
Ruang hati anakmu  ini terasa kosong melompong
Semua lari bertumpu dipenatnya kepala.

Kenapa  ada yang berkhianat, Ibu!
Kenapa jiwa santun itu tega melukai
Kenapa niat baik ini dicabik-cabik tanpa ampun.
Saya luruh dalam kemunafikan ini, Ibu!

Rasionalitasku bergeming, Ibu!
Ternyata tak selamanya yang dipercaya, layak dipercaya
Tak selamanya yang terlihat bijak, adalah seorang pebijaksana
Semua terkesan paradoks yang sulit kuterima kebenarannya, Ibu!

Menebak jiwa orang lain ternyata tak hanya rumit,
tapi butuh bongkahan hati yang benar-benar kuat, Ibu!
 Malaikat kebaikan itu benar.
Tidak ada semulia jiwamu, Ibu!
Seabadi kasihmu
Dan,  seberharga ketulusanmu.


(Untuk berdamai dengan kenyataan, sepertinya harus jatuh  dulu dalam pelukan Ibu..
22 Februari 2013)
 

Rabu, 13 Februari 2013

T O T A L I T A S



Akhir-akhir ini, saya muak menonton headline news di tiap saluran televisi. Membaca headline koran pun sama muaknya. Semua mengarah pada satu hal. Dugaan korupsi. Hal yang sepertinya telah mendarahdaging di negeri ini. Silih berganti, sang legislator terhormat diciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus korupsi. Ada yang telah berstatus tersangka, maupun tahap saksi. Hal yang sama terjadi pada kepala dan mantan kepala daerah tingkat kota/kabupaten dan provinsi, ketua umum partai, level menteri, dan yang lebih menyedihkan presiden partai berkarakter Islam tak luput dari dugaan keterlibatan korupsi. Jumlah yang dikeruknya semua  bernilai milyar. Nilai yang sejatinya sangat efektif, jika membangun fasilitas-fasilitas umum untuk rakyat miskin di pedalaman.
            Saya tak berwenang untuk mengklaim siapa yang benar dan salah pada kasus mereka. Apakah ada rantai panjang dibalik keterlibatan kasus korupsi mereka! Ataukah semua dilakukan secara nafsih-nafsih, ataukah di luar kesadaran mereka, ataukah untuk kepentingan pihak tertentu, ataukah mereka hanya tumbal dari penyelewengan arus politik. Entahlah, hanya mereka dan tuhannya sendiri yang tahu. Karena lembaga se-kredibel KPK dan aparat terkait pun harus cukup bukti kuat untuk memberi vonis atas tindak tanduk mereka, menguras  harta rakyat.