RSS

Senin, 10 Agustus 2015

Bersamamu, Sempurna Dienku



Aku terima untuk menikahinya, Shaela Mayasari binti Anshar Sandje dengan membayar mas kawin sebuah kalung emas dan seperangkat alat shalat dibayar tunai karena Allah.
Seuntai kalimat panjang, dengan sekali tarikan nafasmu itu memecah hening, menjawab kelegaan yang sekian lama terpendam.  Membungkam rasa takut  dan mawas yang belakangan minggu terus menghantui. Sorak keluarga, kerabat, & sahabat merangkul keharuan kita pagi itu. Wajah-wajah teduh itu turut pula menjemput syukur dan bahagia kita. Suamiku, Minggu, 26 Juli 2015, engkau telah bersedia ber-Mitsaqan Ghaliza (berjanji dan bersumpah) di hadapan Allah dengan disaksikan manusia dan malaikat- malaikatnya. Memuliakanku dengan mahar ikhlasmu. Menjawab ijab yang keluar dari suara serak & bibir gemetar Ayahandaku. Menggantikan perannya yang telah 27 tahun menanggung hidupku. Yang telah bertanggungjawab akan segala dosa dan amalan-amalanku. Hari itu, engkau meminta izin untuk menggantikan perannya itu. Menjadikanku sebagai amanahmu, hidup dan mati.

Minggu, 26 April 2015

BILAL



                Bunyi melodi hp pertanda sms masuk. Pesan panjang datang menguak bahagia. Kabar kelahiran anak pertama seorang sahabat. Sms berlanjut dengan obrolan panjang dengannya, sahabat yang lima tahun  kemarin menjadi saudara seperjuangan di bangku kuliah. Ada tangis haru dan bahagia mendengar kisahnya yang selamat dari pertaruhan besar ketika melahirkan. Namun semua kesakitan itu lenyap terkalahkan oleh malaikat kecil yang keluar dari rahimnya. Malaikat kecil yang akan melengkapi keluarga kecilnya yang telah dirajut selama setahun terakhir.  Putra mungilnya bernama Sultan. Begitu girangnya dia tiap kali mengisahkan putra kecilnya yang jarang menangis. Dia bahagia, karena tidak terlalu dipusingkan dengan tangis panjang bayi yang kerap menyusahkan orang tua-orang tua baru. Terlebih jika tangis panjang tersebut melengking di tengah sunyinya malam. Ia menuturkan sungguh beruntung dikaruniai putra yang sabar sedari kecil. Harapan besar serta untaian doa disisipkan pada tiap tetes ASI yang diberikan kepada Sultan. Kelak menjadi putra kebanggan keluarga.

Sabtu, 25 April 2015

29 April



Hujan mengguyur memecah sunyi
Garis petir tegas membelah langit tua
Titik-titik indah penghias malam mengalah
Membiarkan pekat dan gelegar merajai malam

Di bawah langit,  seorang bidadari tua tengah menari kecil di dapur
Bawang-bawang digoreng, kacang disangrai gurih
Tidur lelap enyahlah dulu
Tak peduli bengisnya guntur
Tak peduli gelegar bersahut-sahutan menghardik seng rumah

Minggu, 12 April 2015

Menjadi KSK yang Berpengetahuan



          (Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Menulis 35 Tahun Varia Statistik BPS RI, April 2015)
             Sebagai kepanjangan tangan BPS di tingkat kecamatan hingga ke tingkat bawah masyarakat ,  KSK tentunya memiliki andil besar  menjaga wibawa dan citra BPS. Kita tentu telah lumrah dengan serangan pertanyaan masyarakat terkait pendataan kita. Apalagi data yang berdampak terhadap penerima bantuan sosial. KSK  adalah orang pertama yang menjadi sasaran amarahan masyarakat, yang bukanlah  penerima bantuan.  Karena dianggapnya  pihak yang paling bertanggungjawab dalam koordinasi di lapangan. Meskipun Standar Operasional Prosedur (SOP) telah dipatuhi. Menjelaskan  bahwa BPS bukanlah pihak yang mengeksekusi kebijakan, juga butuh kesabaran ekstra. Mereka telah mencak-mencak dan sinis terlebih dahulu. Aparat pemerintahan setempat sebagai mitra BPS, terkadang  lepas tangan dan memojokkan posisi KSK. Masuk ke sektor-sektor non masyarakat pun demikian. Sektor industri, konstruksi, pertambangan & penggalian, pertanian, jasa & akomodasi, hingga ke pemerintahan, semuanya tentu mempertanyakan perihal maksud & tujuan pendataan kita. Terlebih jika menyangkut masalah anggaran dan neraca perusahaan mereka. Hal yang sensitif dan sangat mereka jaga kerahasiaannya.

Rabu, 04 Maret 2015

Penjambret itu Mematahkan Semangat !!!



Matahari masih malu-malu merangkak pagi ini di langit Makassar (5/3/2015). Ketika saya hendak menempuh 30 km perjalanan ke Maros. Selama tujuh bulan terakhir ini, saya memang melewati subuh dan pagi dengan kondisi yang tak biasanya. Terbangun saat lantunan indah ayat-ayat Al-Quran  dari Mesjid AL-Markaz mulai menggema, bersukacita menyambut datangnya waktu Shalat Shubuh. Puja puji Asma Allah begitu  terdengar merdu menenangkan saban subuhnya, membuat rasa syukur akan hidup ini tumpah ruah. Hal ini yang membikin semangat saya terus hidup tiap pagi.  Tujuh bulan terakhir ini saya menjadi penduduk liar warga di Sunu Makassar. Yang hanya numpang istirahat di malam hari saja.

Rabu, 25 Februari 2015

Blusukan, Kabinet Kerja, dan KSK



(Shaela Mayasari, KSK Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan). Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Varia Statistik BPS, Edisi Januari 2015. Dan ini merupakan naskah asli Penulis.
Blusukan. Yang oleh bahasa Jawa berarti masuk.  Istilah ini pertama kali dipopulerkan Presiden RI, Jokowi yang kalah itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, untuk masuk ke perkampungan mendatangi masyarakat kecil. Kita tentu masih ingat bagaimana Jokowi menerobos banjir, memantau sampah-sampah yang menggunung menggenangi sudut-sudut kota, mengecek implementasi proyek-proyek di tengah jalanan yang becek, serta kesukaannya menjadikan pasar sebagai tempat berinteraksi dengan masyarakat luas. Hal ini tentu ditanggapi positif banyak pihak yang menganggap  blusukan itu akan melahirkan solusi dan kebijakan pemerintah yang memihak kepada rakyat kecil.
Hal yang sama rupanya ditiru  dan dilakukan  para armadanya di ‘Kabinet Kerja’. Gaya blusukan para menteri ini beragam. Ada yang lompat pagar, bicara merakyat, mencak-mencak kepada petugas di lapangan, menggunakan motor gede tanpa berhelm, berkunjung  ke pasar saat tengah malam, dan macam-macam tingkah blusukan mereka.