Bunyi melodi hp pertanda sms
masuk. Pesan panjang datang menguak bahagia. Kabar kelahiran anak pertama
seorang sahabat. Sms berlanjut dengan obrolan panjang dengannya, sahabat yang
lima tahun kemarin menjadi saudara
seperjuangan di bangku kuliah. Ada tangis haru dan bahagia mendengar kisahnya
yang selamat dari pertaruhan besar ketika melahirkan. Namun semua kesakitan itu
lenyap terkalahkan oleh malaikat kecil yang keluar dari rahimnya. Malaikat
kecil yang akan melengkapi keluarga kecilnya yang telah dirajut selama setahun
terakhir. Putra mungilnya bernama
Sultan. Begitu girangnya dia tiap kali mengisahkan putra kecilnya yang jarang
menangis. Dia bahagia, karena tidak terlalu dipusingkan dengan tangis panjang
bayi yang kerap menyusahkan orang tua-orang tua baru. Terlebih jika tangis
panjang tersebut melengking di tengah sunyinya malam. Ia menuturkan sungguh
beruntung dikaruniai putra yang sabar sedari kecil. Harapan besar serta untaian
doa disisipkan pada tiap tetes ASI yang diberikan kepada Sultan. Kelak menjadi
putra kebanggan keluarga.
Namun ternyata takdir berkata
lain. Malaikat kecilnya diambil kembali ke pangkuan Sang Ilahi 19 hari setelah
dilahirkannya. Tanpa sakit. Tanpa keluhan apapun. Entah sahabatku ini yang
tidak peka atau kah semua memang sudah jadi rencana Allah. Sultan anaknya pergi
dalam keadaan tidur lelap. Tiga jam setelah disusuinya di pagi dini hari. Tanpa
berbagi rasa sakit kepada kedua orangtuanya. Betapa terguncang jiwanya beserta suami
mendapat dada Sultan lebam membiru melengkapi
kaku di sekujur tubuhnya. Malaikat kecil yang 19 hari ini menjadi penghibur
laranya, menjadi penyemangat hidupnya dirampas paksa oleh Sang Pemilik
Kehidupan. Allah rupanya sungguh menyayangi bayi mungil tersebut, dan
memberikan ujian kesabaran kepada sahabatku ini. Sakit memang, bayi yang telah
dilahirkannya susah payah kini tak lagi bergelayut manja di puting dadanya guna
menyambung nafas.
Jarang menangis rupanya menjadi
pertanda bayi mungilnya tersebut menderita penyakit jantung bawaan yang diwariskannya.
Berlinangan airmata dan suara seraknya meringis di ujung telepon, berjanji akan
lebih mawas ketika diberi kepercayaan untuk hamil lagi. Konsumsi daging yang
berlebihan selama hamil membuat tekanan darahnya berkali-kali naik, ini berdampak
buruk pada anaknya Sultan. Seperti itulah kurang lebih vonis dari bidan di
desanya.Tak berlebihan rasanya mendengarnya meraung-raung kehilangan anaknya.
Semoga waktu segera menghapus laranya tersebut. Anaknya pergi dalam keadaan
yang sangat suci tanpa dosa. Semoga Allah lekas menggantinya dengan Sultan-Sultan
baru yang melengkapi keluarganya kelak.
Bercerita tentang bayi, saya
ingin berbagi sedikit tentang sosok Bilal. Bayi mungil saya. Bayi mungil yang menemani
perjuanganku setiap harinya. Kelucuannya hadir dalam imajinasi dan khayalanku
saja. Saya menamainya Bilal, seperti nama Muadzin Rasulullah SAW. Lantas siapa dan
ada apa dengan Bilal?Aneh dan gila kedengarannya. Bilal adalah ekspektasi mimpi
saya dalam wujud bayi mungil. Bagaimana bisa saya mengimpikan seorang bayi
sementara pasangan hidup saja masih gentayangan tak terdeteksi rimbanya?Terserah
orang mau menilai seperti apa. Kelak Bilal akan hadir sebagai qurrata ayyun
bagi saya dan ayahnya kelak. Berumur panjang, dan senantiasa diberi kesehatan
oleh Sang Pemilik Kehidupan. Aamiin.
Saya memiliki kesamaan dengan
sahabat saya ini. Jika sekarang ia begitu terpukul dengan kepergian Sultan.
Hingga rasa rindu hadir mengekor tiap saatnya, terhadap sosok bayinya yang telah pergi
selama-lamanya. Saya pun disisipi rindu tiap saat dengan bayi mungilku Bilal.
Entah bagaimana kabarnya sekarang? Apakah kami akan diberi kesempatan saling mencintai
di dunia ini, berbagi kasih sayang antara Ibu dan anak laki-lakinya . Atau
justru Allah punya skenario lain?Wallahu A’lam. Tapi ketahuilah, rindu ini
telah membuncah tiap malamnya. Ketika dililit rasa sunyi tak berkesudahan.
Memiliki keturunan adalah asa setiap wanita di muka bumi ini. Bayi yang lahir
dari rahim kandungan sendiri. Mendengar kisah Sultan, saya begitu ingin memeluk
Bilal. Rindu dengannya. Ingin menjaganya dengan sebaik-baik penjagaan. Apakah
Tuhan berkenan menghadirkan malaikat kecil itu juga bermanja di
pangkuanku?Malaikat kecil yang kelak menjadi syafaatku ke syurga! Malaikat
kecil yang akan menjadi sumber semangatku memperjuangkan hidup.
Rindu memang punya rasa sakit
sendiri. Jika sahabat saya merindui sosok mungil yang pernah hadir di sisinya,
sementara saya merindui sosok mungil yang hanya melintas bermain-main dalam
khayalan semu belaka. Apakah akan
menjadi fakta adanya atau hanya fatamorgana yang akan terus mengusik rasa sakit
karena belum mendapatkannya. Oh Tuhan. Tolong sampaikan rasa rindu ini padanya.
Perkenankanlah kami melepas rindu di dunia ini. Izinkanlah tangan ini merawat
dan menyuapi kasih sayang padanya tiap saatnya. Dan akan terus memproteksi
dampak-dampak buruk yang bisa terjadi pada raganya yang kecil. Perkenanknlah,
saya menjadi orang pertama yang dicarinya ketika kesakitan. Pilu ini
menyayat-nyayat ingin segera memeluknya. Merindukanmu Nak, Bilal!
0 komentar:
Posting Komentar