RSS

Minggu, 26 April 2015

BILAL



                Bunyi melodi hp pertanda sms masuk. Pesan panjang datang menguak bahagia. Kabar kelahiran anak pertama seorang sahabat. Sms berlanjut dengan obrolan panjang dengannya, sahabat yang lima tahun  kemarin menjadi saudara seperjuangan di bangku kuliah. Ada tangis haru dan bahagia mendengar kisahnya yang selamat dari pertaruhan besar ketika melahirkan. Namun semua kesakitan itu lenyap terkalahkan oleh malaikat kecil yang keluar dari rahimnya. Malaikat kecil yang akan melengkapi keluarga kecilnya yang telah dirajut selama setahun terakhir.  Putra mungilnya bernama Sultan. Begitu girangnya dia tiap kali mengisahkan putra kecilnya yang jarang menangis. Dia bahagia, karena tidak terlalu dipusingkan dengan tangis panjang bayi yang kerap menyusahkan orang tua-orang tua baru. Terlebih jika tangis panjang tersebut melengking di tengah sunyinya malam. Ia menuturkan sungguh beruntung dikaruniai putra yang sabar sedari kecil. Harapan besar serta untaian doa disisipkan pada tiap tetes ASI yang diberikan kepada Sultan. Kelak menjadi putra kebanggan keluarga.

                Namun ternyata takdir berkata lain. Malaikat kecilnya diambil kembali ke pangkuan Sang Ilahi 19 hari setelah dilahirkannya. Tanpa sakit. Tanpa keluhan apapun. Entah sahabatku ini yang tidak peka atau kah semua memang sudah jadi rencana Allah. Sultan anaknya pergi dalam keadaan tidur lelap. Tiga jam setelah disusuinya di pagi dini hari. Tanpa berbagi rasa sakit kepada kedua orangtuanya.  Betapa terguncang jiwanya beserta suami mendapat dada Sultan lebam  membiru melengkapi kaku di sekujur tubuhnya. Malaikat kecil yang 19 hari ini menjadi penghibur laranya, menjadi penyemangat hidupnya dirampas paksa oleh Sang Pemilik Kehidupan. Allah rupanya sungguh menyayangi bayi mungil tersebut, dan memberikan ujian kesabaran kepada sahabatku ini. Sakit memang, bayi yang telah dilahirkannya susah payah kini tak lagi bergelayut manja di puting dadanya guna menyambung nafas.
 Jarang menangis rupanya menjadi pertanda bayi mungilnya tersebut menderita penyakit jantung bawaan yang diwariskannya. Berlinangan airmata dan suara seraknya meringis di ujung telepon, berjanji akan lebih mawas ketika diberi kepercayaan untuk hamil lagi. Konsumsi daging yang berlebihan selama hamil membuat tekanan darahnya berkali-kali naik, ini berdampak buruk pada anaknya Sultan. Seperti itulah kurang lebih vonis dari bidan di desanya.Tak berlebihan rasanya mendengarnya meraung-raung kehilangan anaknya. Semoga waktu segera menghapus laranya tersebut. Anaknya pergi dalam keadaan yang sangat suci tanpa dosa. Semoga Allah lekas menggantinya dengan Sultan-Sultan baru yang melengkapi keluarganya kelak.
                Bercerita tentang bayi, saya ingin berbagi sedikit tentang sosok Bilal. Bayi mungil saya. Bayi mungil yang menemani perjuanganku setiap harinya. Kelucuannya hadir dalam imajinasi dan khayalanku saja. Saya menamainya Bilal, seperti nama Muadzin Rasulullah SAW. Lantas siapa dan ada apa dengan Bilal?Aneh dan gila kedengarannya. Bilal adalah ekspektasi mimpi saya dalam wujud bayi mungil. Bagaimana bisa saya mengimpikan seorang bayi sementara pasangan hidup saja masih gentayangan tak terdeteksi rimbanya?Terserah orang mau menilai seperti apa. Kelak Bilal akan hadir sebagai qurrata ayyun bagi saya dan ayahnya kelak. Berumur panjang, dan senantiasa diberi kesehatan oleh Sang Pemilik Kehidupan. Aamiin.
                Saya memiliki kesamaan dengan sahabat saya ini. Jika sekarang ia begitu terpukul dengan kepergian Sultan. Hingga rasa rindu hadir mengekor tiap saatnya,  terhadap sosok bayinya yang telah pergi selama-lamanya. Saya pun disisipi rindu tiap saat dengan bayi mungilku Bilal. Entah bagaimana kabarnya sekarang? Apakah kami akan diberi kesempatan saling mencintai di dunia ini, berbagi kasih sayang antara Ibu dan anak laki-lakinya . Atau justru Allah punya skenario lain?Wallahu A’lam. Tapi ketahuilah, rindu ini telah membuncah tiap malamnya. Ketika dililit rasa sunyi tak berkesudahan. Memiliki keturunan adalah asa setiap wanita di muka bumi ini. Bayi yang lahir dari rahim kandungan sendiri. Mendengar kisah Sultan, saya begitu ingin memeluk Bilal. Rindu dengannya. Ingin menjaganya dengan sebaik-baik penjagaan. Apakah Tuhan berkenan menghadirkan malaikat kecil itu juga bermanja di pangkuanku?Malaikat kecil yang kelak menjadi syafaatku ke syurga! Malaikat kecil yang akan menjadi sumber semangatku memperjuangkan hidup.
                Rindu memang punya rasa sakit sendiri. Jika sahabat saya merindui sosok mungil yang pernah hadir di sisinya, sementara saya merindui sosok mungil yang hanya melintas bermain-main dalam khayalan semu belaka.  Apakah akan menjadi fakta adanya atau hanya fatamorgana yang akan terus mengusik rasa sakit karena belum mendapatkannya. Oh Tuhan. Tolong sampaikan rasa rindu ini padanya. Perkenankanlah kami melepas rindu di dunia ini. Izinkanlah tangan ini merawat dan menyuapi kasih sayang padanya tiap saatnya. Dan akan terus memproteksi dampak-dampak buruk yang bisa terjadi pada raganya yang kecil. Perkenanknlah, saya menjadi orang pertama yang dicarinya ketika kesakitan. Pilu ini menyayat-nyayat ingin segera memeluknya. Merindukanmu Nak, Bilal!

0 komentar:

Posting Komentar