(Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Menulis 35 Tahun Varia Statistik BPS RI, April 2015)
Sebagai kepanjangan tangan BPS di tingkat kecamatan
hingga ke tingkat bawah masyarakat , KSK
tentunya memiliki andil besar menjaga
wibawa dan citra BPS. Kita tentu telah lumrah dengan serangan pertanyaan
masyarakat terkait pendataan kita. Apalagi data yang berdampak terhadap
penerima bantuan sosial. KSK adalah orang
pertama yang menjadi sasaran amarahan masyarakat, yang bukanlah penerima bantuan. Karena dianggapnya pihak yang paling bertanggungjawab dalam koordinasi
di lapangan. Meskipun Standar Operasional Prosedur (SOP) telah dipatuhi.
Menjelaskan bahwa BPS bukanlah pihak
yang mengeksekusi kebijakan, juga butuh kesabaran ekstra. Mereka telah
mencak-mencak dan sinis terlebih dahulu. Aparat pemerintahan setempat sebagai
mitra BPS, terkadang lepas tangan dan
memojokkan posisi KSK. Masuk ke sektor-sektor non masyarakat pun demikian.
Sektor industri, konstruksi, pertambangan & penggalian, pertanian, jasa
& akomodasi, hingga ke pemerintahan, semuanya tentu mempertanyakan perihal
maksud & tujuan pendataan kita. Terlebih jika menyangkut masalah anggaran
dan neraca perusahaan mereka. Hal yang sensitif dan sangat mereka jaga
kerahasiaannya.
KSK harus lihai menghadapi fakta di
atas. Pandai menjaga emosi. Tenang menghadapi tekanan massa. Dan yang utama,
memiliki knowledge yang luas menangkis pertanyaan-pertanyaan kritis
tersebut. Yang terakhir sangat penting, karena dengan knowledge, KSK
bisa menjelaskan dengan logikanya sendiri rentetan pertanyaan tersebut. Tentunya
dengan dasar teori yang ada dan landasan hukum yang melindungi data-data kita,
dan betapa pentingnya jawaban responden yang
sangat diharapkan keakuratannya.
BPS
harus memikirkan modernisasi KSK, bukan saatnya lagi menempatkan KSK hanya sebagai pengumpul data
di lapangan saja. KSK tidak hanya
dilabeli sebagai garda terdepan pengumpul data, tetapi posisinya juga sebagai
garda terdepan penjaga wibawa dan citra BPS. Jadi, menjadikan mereka sebagai knowledge
worker (pekerja berpengetahuan) adalah keharusan. Di era keterbukaan
informasi yang tumbuh pesat, kemajuan teknologi menempatkan semuanya secara online.
Kita harus cepat beradaptasi dengan kebutuhan ini. Mereka yang gagal memahami
seberapa besar adaptasi dilakukan, pasti
akan mengalami masalah dan ketertinggalan. BPS sadar akan hal ini,
sehingga semua KSK di negeri ini difasilitasi laptop. Komputer jinjing yang
tentunya berfaedah membuat KSK lebih berpengetahuan, memudahkan pekerjaan-pekerjaan
KSK ketika diolah, membuat KSK lebih gagah, cantik dan berani jika suatu waktu
diminta mempresentasikan output datanya di tingkat kecamatan. Ini adalah
pendelegasian otoritas BPS yang dipercayakan kepada KSK. Wajib untuk
menjalankan amanah ini sebaik mungkin.
Saatnya
menjadikan BPS dipenuhi pekerja-pekerja berpengetahuan (knowledge worker).
Meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama yang tak menguntungkan organisasi kita.
Tapi ikut mengambil bagian dalam solusi dan peningkatan kapabilitas BPS ke
depannya. Sehingga BPS menjadi lembaga yang paling disegani, diapresiasi
setinggi-tingginya dari segala dimensi,
sebagai lembaga resmi penyedia data berkualitas. Serta berani menjelaskan secara komperehensif mekanisme
kerja kita, kepada orang-orang yang meragukan dan kontra dengan data BPS.
Belajar dari
negara-negara maju, keunggulan komparatif mereka terletak pada pekerja
berpengetahuannya. Mereka sadar, pekerja berpengetahuan memiliki peranan
penting. Sumber daya alam tidak ada gunanya tanpa penggerak yang baik. Karena
dengan berpengetahuan, orang-orang akan cenderung terus belajar, menjawab
ketidaktahuan, berinovasi, serta
memiliki etos kerja yang baik. KSK merupakan asset sumberdaya terpenting yang dimiliki BPS. Karena dialah yang menjadi
delegasi BPS hingga ke pelosok-pelosok daerah. Satu harapan tentunya, delegasi ini mampu memberikan ‘performance’
yang baik di masyarakat. Untuk itu, peningkatan kualitas KSK harus menjadi
perhatian serius kita semua. Salah satunya, pendidikan sebagai syarat SDM
berkualitas harus jadi prioritas. KSK tidak boleh berpuas diri dengan
pendidikan sekarang. Terus mengembangkan dan mengasah potensi yang dia miliki.
Serta memperbarui knowledge terus-menerus seiring perkembangan zaman.
BPS sebagai satuan
organisasi diharapkan peka dengan hal ini. Memudahkan izin belajar KSK yang
hendak serius menimba ilmu. Serta mampu menciptakan iklim di mana KSK memiliki
kebebasan untuk kreatif, imajinatif, dan produktif. Sehingga bukan hanya
kemampuan teknis pekerjaan KSK saja yang diselami, pun soft skill lain
bisa terus digali. Dan pada gilirannya, akan menumbuhkan rasa
percaya diri KSK untuk bersaing secara intelektual dengan resource yang
dimilikinya, dan berani tampil di depan. Jika ini diperhatikan, maka bukan
tidak mungkin kita menjadi KSK berdasi, alias KSK berpengetahuan. Keren kan!
0 komentar:
Posting Komentar