RSS

Minggu, 10 Januari 2016

Suamiku, Engkaulah Syurga Sebelum Syurga!

Awan bergelayut  manja pagi itu.   Sisa-sisa   hujan   semalam,   menyejukkan pagi nan lembut, melahirkansuasana   romantis   yang   terikat   tali   silaturrahim.   Pagi   itu,   dua   pihak   keluarga   besar   bertemu   dan   bersatu,menyaksikan dan mendoakan langsung dua anak manusia  yang akan saling menghalalkan.  Suamiku, Minggu,26   Juli   2015,   engkau   telah   ber-Mitsaqan   Ghaliza,  berjanji   sepenuh   hati   di   hadapan   Allah   SWT.  Disaksikanmalaikat-malaikat-Nya. Janji yang kokoh dan bulat. Sebulat suaramu menjawab ijab yang keluar dari suara serak Ayahandaku.   Meminangku   dengan   mahar   ikhlasmu.   Memperistriku   sepanjang   hayatmu,   menjadi   pengikut Rasulullah SAW, menanggung segala dosa maupun amalanku, serta mengejar Jannah-Nya bersamaku, bersama qurrata a’yun kita kelak. Enam bulan lamanya kita telah  ber-kekasih dalam lautan Rahmah. Hidup berduaan dalam rumah kecil kita. Engkau melaksanakan kewajibanmu menafkahiku lahir dan batin. Jangan ditanya lagi soal peranmu sebagai imam.

Sudah Idealkah ‘Mitra’ Kita?


(Shaela Mayasari, KSK Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Sul-Sel)
Tulisan ini diterbitkan di Majalah Varia Statistik Edisi Bulan November 2015. 
            Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan data BPS semakin tinggi dan beragam. Banyak pihak yang makin mempercayakan BPS sebagai lembaga yang berkompeten untuk kebutuhan data mereka. Baik itu dari pemerintah maupun swasta. Ini jelas menjadi tantangan tersendiri. Sehingga semakin ke sini, beban kerja BPS  semakin berat,  baik itu di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Kegiatan dan survei-survei ad-hoc pun membanjir di tengah pekerjaan rutin   BPS.
Terkhusus kegiatan pencacahan/pengumpulan data dan pengolahan,  mustahil hanya mengandalkan tenaga organik saja, apalagi untuk sensus dan survei yang skalanya besar. Jumlah sampel yang berkali lipat lebih dari biasanya. Dan penyebaran wilayah pencacahan yang makin meluas. BPS sendiri melaui Perka BPS Nomor 77 tahun 2012 telah  menjamin adanya Tunjangan Kinerja (Tuki) setiap bulannya, sebagai kompensasi  kepada semua pegawai atas agenda reformasi birokrasi. Dengan mempertimbangkan tiga komponen, yakni tingkat pencapaian kinerja pegawai, tingkat kehadiran menurut hari dan jam kerja, serta ketaatan pada kode etik dan disiplin pegawai.
Pemberian Tuki ini secara otomatis membatasi ruang gerak pegawai BPS untuk terlibat penuh dalam semua proyek survei dan sensus. Dengan pertimbangan honor kegiatan yang tak mungkin dobel bersama Tuki. Jumlah pegawai BPS di negeri  ini pun tidak mampu mengakomodir seluruh  pekerjaan-pekerjaan besar ini.  Untuk proyek besar seperti sensus dan sekelasnya, tenaga mitra menjadi tumpuan  BPS. Kita menyadari,  mitra adalah bagian lain dari tubuh BPS,  tapi perannya begitu vital untuk kualitas data kita. Ini menyangkut kepercayaan publik akan data BPS yang diharapkan independen dan kredibel. Maka kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) para mitra ini mutlak menjadi perhatian serius kita semua.