RSS

Minggu, 10 Januari 2016

Suamiku, Engkaulah Syurga Sebelum Syurga!

Awan bergelayut  manja pagi itu.   Sisa-sisa   hujan   semalam,   menyejukkan pagi nan lembut, melahirkansuasana   romantis   yang   terikat   tali   silaturrahim.   Pagi   itu,   dua   pihak   keluarga   besar   bertemu   dan   bersatu,menyaksikan dan mendoakan langsung dua anak manusia  yang akan saling menghalalkan.  Suamiku, Minggu,26   Juli   2015,   engkau   telah   ber-Mitsaqan   Ghaliza,  berjanji   sepenuh   hati   di   hadapan   Allah   SWT.  Disaksikanmalaikat-malaikat-Nya. Janji yang kokoh dan bulat. Sebulat suaramu menjawab ijab yang keluar dari suara serak Ayahandaku.   Meminangku   dengan   mahar   ikhlasmu.   Memperistriku   sepanjang   hayatmu,   menjadi   pengikut Rasulullah SAW, menanggung segala dosa maupun amalanku, serta mengejar Jannah-Nya bersamaku, bersama qurrata a’yun kita kelak. Enam bulan lamanya kita telah  ber-kekasih dalam lautan Rahmah. Hidup berduaan dalam rumah kecil kita. Engkau melaksanakan kewajibanmu menafkahiku lahir dan batin. Jangan ditanya lagi soal peranmu sebagai imam.

Engkau imam dalam segala hal.  Keistiqamahanmu   menjalankan shalat 5 waktu  berjamaah   dimasjid, memang membuatmu jarang mengimamiku di rumah. Itu tak menjadi soal, karena saya tahu seperti itulah sunnah   Nabi   Muhammad   SAW.   Sosok   yang   sangat   engkau   tauladani   dalam   rumah   tangga   kita.   Tapi   soa lmemperbaiki   tajwid   bacaan   Qur’anku,   melunakkan   keegosianku,   meluruskan   pikiran   burukku,   menjernihkan amarahku, memintaiku saran dan pendapat, mengingatkanku akan sedeqah dan empati terhadap kaum duafah,engkaulah juaranya.  Hati saya kadang tak karuan, ketika keasyikan memasak lantas lupa segera berwudhu dan mengenakan mukenah ketika azan telah berkumandang. Karena yang terjadi engkau akan  ngambek  sepulang dari masjid dan mendapatiku belum menunaikan shalat. Engkau memang paling giat menasehatiku untuk selalu shalat tepat waktu, karena sejatinya shalat tepat waktu adalah janji dan bakti kita sebagai ciptaan Allah.  Suamiku,engkaulah imam yang sesungguhnya akan itu semua. Bertanggungjawab penuh akan hidupku. Teruji jiwanya.Terbukti cintanya. Tertampak kemuliaannya. Tertampan akhlaknya.
Bahagia adalah kata yang paling menyihir dalam hidup, setiap jiwa merinduinya. Itulah yang saya rasakan selama pernikahan kita. Perasaan saya tak henti berbunga-bunga, saking bahagia. Caramu memperlakukanku,menghargaiku,   menegurku,   mengerem   semangat   belanjaku   agar   kita   lebih   mendahulukan   dulu   kebutuhan-kebutuhan   pokok,   caramu  mencintai   orangtuaku   yang  kini  jadi   mertuamu.   Saya   bak   putri   yang  diperlakukan istimewa tiap harinya, sayang! Tapi saya sadar, yang  akan dilalui tidak hanya jalanan bertabur bunga saja, tapi juga semak belukar yang penuh onak dan duri. Perjalanan cinta kita masih panjang, mungkin sekarang kita masih dikecamuk rasa sukacita di awal pernikahan. Tapi ombak bergulung-gulung itu akan datang pada saatnya, ingin menggulung rumah sakinah kita, menguji seberapa kokoh iman dan cinta kita satu sama lain. Dan itulah yang menjadi permintaanku di setiap sujud dan tiap gumam doa, kiranya Allah meneguhkan hati kita sampai kapanpun.Saling bergandengan tangan dalam suka maupun duka. Melengkapi kekurangan satu sama lain. Menjadikan Al-Quran dan Nabi Muhammad SAW sebagai jawaban dari segala permasalahan kita. Serta saling support untuk hal-hal positif yang  bisa meningkatkan kualitas diri kita. Bukankah kesuksesan pasangan  kita tergantung dengan siapa dia bersisian?
 Suamiku, kita memang berbeda dari segala sisi. Saya yang senang bergaul dipertemukan denganmu yang begitu pendiam, saya yang lemah matematika dipersatukan denganmu yang ahli sains, saya yang gemar menulis   dan   membaca   berdampingan   denganmu   yang   doyan   mengotak-atik   program   komputer.  Kamu   yang sangat   skeptis   akan   jajanan   di   luar   rumah,   dipersatukan   denganku   yang   gemar   memasak.   Sehingga   sejak menikah, sangat  jarang   kita  dinner  atau  lunch  di  luar   rumah.  Yang   masuk  di  kerongkonganmu   adalah  murni masakan     dari   percikan   resep-resep   sederhanaku.   Saya   yang   sangat   serampangan   harus   hidup   bersama denganmu yang rapi dan sangat teratur. Saya yang begitu berani dan meletup-letup dipertautkan denganmu yang murah hati dan pemaaf. Tapi itu semua adalah logika Tuhan. Kita dipersatukan justru karena semua perbedaan itu. Subhanallah. Allah pun tak henti menyirami kita dengan hal-hal yang membahagiakan. Maha Rahman ini lagi-lagi meng-ijabah doa kita, insya Allah.
Di rahimku, telah bergelayut manja buah cinta kita. Usianya kini menginjak 5 bulan.Engkau tak henti membanjiriku getaran-getaran cinta. Melantunkannya ayat-ayat suci Al-Quran. Mendoakannya siang dan malam agar tumbuh sehat dan sempurna hingga proses kelahiran. Mengelus-elus kulit perutku tiap hendak   tidur   dan   bangun   dari   tidur,   mengajaknya   berbicara.   Memastikan   terus   kecukupan   asupan   gizi   dan kalsiumku. Menggantiku mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga, karena keluhan pegal dan mudah lelah yang lazimnya ibu hamil alami. Serta melindungiku dan membuatku special dimanapun berada. Suamiku, mari bersama-sama menyandarkan segala nikmat ini hanya untuk-Nya, kepada-Nya dan bersama-Nya. Kelak mahligai syurga   yang   sedang   terbina   ini   akan   sentiasa   bercahaya   hingga   kita   ke   syurga-Nya   kelak.   Karena   bagiku,engkaulah   syurga   saat   ini,   sebelum   saya   menginjakkan   kaki   di   syurga   Allah   yang   sebenarnya.   Aamiin






0 komentar:

Posting Komentar