Awan bergelayut
manja pagi itu. Sisa-sisa hujan
semalam, menyejukkan pagi nan
lembut, melahirkansuasana romantis yang
terikat tali silaturrahim. Pagi
itu, dua pihak
keluarga besar bertemu
dan bersatu,menyaksikan dan mendoakan
langsung dua anak manusia yang akan
saling menghalalkan. Suamiku,
Minggu,26 Juli 2015,
engkau telah ber-Mitsaqan Ghaliza,
berjanji sepenuh hati
di hadapan Allah
SWT.
Disaksikanmalaikat-malaikat-Nya. Janji yang kokoh dan bulat. Sebulat
suaramu menjawab ijab yang keluar dari suara serak Ayahandaku. Meminangku
dengan mahar ikhlasmu.
Memperistriku sepanjang hayatmu,
menjadi pengikut Rasulullah SAW,
menanggung segala dosa maupun amalanku, serta mengejar Jannah-Nya bersamaku,
bersama qurrata a’yun kita kelak. Enam bulan lamanya kita telah ber-kekasih dalam lautan Rahmah. Hidup berduaan dalam rumah kecil kita. Engkau melaksanakan kewajibanmu
menafkahiku lahir dan batin. Jangan ditanya lagi soal peranmu sebagai imam.
Engkau imam
dalam segala hal. Keistiqamahanmu menjalankan shalat 5 waktu berjamaah
dimasjid, memang membuatmu jarang mengimamiku di rumah. Itu tak menjadi
soal, karena saya tahu seperti itulah sunnah
Nabi Muhammad SAW.
Sosok yang sangat
engkau tauladani dalam
rumah tangga kita.
Tapi soa lmemperbaiki tajwid
bacaan Qur’anku, melunakkan
keegosianku, meluruskan pikiran
burukku, menjernihkan amarahku,
memintaiku saran dan pendapat, mengingatkanku akan sedeqah dan empati terhadap
kaum duafah,engkaulah juaranya. Hati
saya kadang tak karuan, ketika keasyikan memasak lantas lupa segera berwudhu
dan mengenakan mukenah ketika azan telah berkumandang. Karena yang terjadi
engkau akan ngambek sepulang dari masjid dan mendapatiku belum
menunaikan shalat. Engkau memang paling giat menasehatiku untuk selalu shalat
tepat waktu, karena sejatinya shalat tepat waktu adalah janji dan bakti kita
sebagai ciptaan Allah. Suamiku,engkaulah
imam yang sesungguhnya akan itu semua. Bertanggungjawab penuh akan hidupku.
Teruji jiwanya.Terbukti cintanya. Tertampak kemuliaannya. Tertampan akhlaknya.
Bahagia adalah
kata yang paling menyihir dalam hidup, setiap jiwa merinduinya. Itulah yang
saya rasakan selama pernikahan kita. Perasaan saya tak henti berbunga-bunga,
saking bahagia. Caramu memperlakukanku,menghargaiku, menegurku,
mengerem semangat belanjaku
agar kita lebih
mendahulukan dulu kebutuhan-kebutuhan pokok,
caramu mencintai orangtuaku
yang kini jadi
mertuamu. Saya bak
putri yang diperlakukan istimewa tiap harinya, sayang!
Tapi saya sadar, yang akan dilalui tidak
hanya jalanan bertabur bunga saja, tapi juga semak belukar yang penuh onak dan
duri. Perjalanan cinta kita masih panjang, mungkin sekarang kita masih dikecamuk
rasa sukacita di awal pernikahan. Tapi ombak bergulung-gulung itu akan datang
pada saatnya, ingin menggulung rumah sakinah kita, menguji seberapa kokoh iman
dan cinta kita satu sama lain. Dan itulah yang menjadi permintaanku di setiap sujud
dan tiap gumam doa, kiranya Allah meneguhkan hati kita sampai kapanpun.Saling
bergandengan tangan dalam suka maupun duka. Melengkapi kekurangan satu sama
lain. Menjadikan Al-Quran dan Nabi Muhammad SAW sebagai jawaban dari segala
permasalahan kita. Serta saling support untuk hal-hal positif yang bisa meningkatkan kualitas diri kita.
Bukankah kesuksesan pasangan kita
tergantung dengan siapa dia bersisian?
Suamiku, kita memang berbeda dari segala sisi.
Saya yang senang bergaul dipertemukan denganmu yang begitu pendiam, saya yang
lemah matematika dipersatukan denganmu yang ahli sains, saya yang
gemar menulis dan membaca
berdampingan denganmu yang
doyan mengotak-atik program
komputer. Kamu yang sangat
skeptis akan jajanan
di luar rumah,
dipersatukan denganku yang
gemar memasak. Sehingga
sejak menikah, sangat jarang kita
dinner atau lunch
di luar rumah.
Yang masuk di
kerongkonganmu adalah murni masakan dari
percikan resep-resep sederhanaku. Saya
yang sangat serampangan
harus hidup bersama denganmu yang rapi dan sangat
teratur. Saya yang begitu berani dan meletup-letup dipertautkan denganmu
yang murah hati dan pemaaf. Tapi itu semua adalah logika Tuhan. Kita
dipersatukan justru karena semua perbedaan itu. Subhanallah. Allah pun tak henti
menyirami kita dengan hal-hal yang membahagiakan. Maha Rahman ini lagi-lagi
meng-ijabah doa kita, insya Allah.
Di rahimku,
telah bergelayut manja buah cinta kita. Usianya kini menginjak 5 bulan.Engkau
tak henti membanjiriku getaran-getaran cinta. Melantunkannya ayat-ayat suci
Al-Quran. Mendoakannya siang dan malam agar tumbuh sehat dan sempurna hingga
proses kelahiran. Mengelus-elus kulit perutku tiap hendak tidur
dan bangun dari
tidur, mengajaknya berbicara.
Memastikan terus kecukupan
asupan gizi dan kalsiumku. Menggantiku mengerjakan
beberapa pekerjaan rumah tangga, karena keluhan pegal dan mudah lelah yang
lazimnya ibu hamil alami. Serta melindungiku dan membuatku special dimanapun
berada. Suamiku, mari bersama-sama menyandarkan segala nikmat ini hanya
untuk-Nya, kepada-Nya dan bersama-Nya. Kelak mahligai syurga yang
sedang terbina ini
akan sentiasa bercahaya
hingga kita ke
syurga-Nya kelak. Karena
bagiku,engkaulah syurga saat
ini, sebelum saya
menginjakkan kaki di
syurga Allah yang
sebenarnya. Aamiin
0 komentar:
Posting Komentar