RSS

Kamis, 16 Februari 2017

Kalah Bermartabat



(Tulisan ini terbit di Harian Fajar , Jumat, 17/02 2017)

“Seperti halnya kompetisi-kompetisi lainnya, pasti ada menang dan ada yang kalah. Ada suka ada duka, Itulah realitas kehidupan.”

Demikian salah satu kutipan Agus  Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam konferensi pers beberapa jam pasca pemilihan Gubernur­­­­­­­­_Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rabu (15/02).  Kita menyaksikan sejarah baru dalam dunia perpolitikan Indonesia. Tayangan yang sangat mencerahkan, inspiratif, dan bermartabat. Jika biasanya sehabis Pilkada digelar, hasil quick count akan disikapi beragam oleh para calon Kepala Daerah. Ada yang jumawa, serasa di atas angin dengan perolehan suaranya. Ada yang getar-getir menunggu hasil resmi dari KPU, sebagai lembaga resmi negara pelaksana pesta demokrasi. Ada yang siap dengan bukti-bukti saktinya, memasang kuda-kuda atas kekalahannya. Money politics, black campain, dan rupa-rupa alasan untuk mengganjal kemenangan lawan.

Merawat Kritikan, Memupuk Kinerja



(Tulisan ini dikirim ke Redaksi Varia Statistik, 11 Januari 2017)
 
Sebagai insan BPS, hati siapa yang tidak terkoyak melihat tayangan salah satu televisi  nasional  baru-baru ini  bertajuk  “ Utak-Atik Data Statistik”. Sejak awal, narasi yang dibacakan sangat tendensius dan menyudutkan BPS. Data BPS diduga rentan rekayasa, sarat dengan kepentingan  pihak tertentu. Yang lebih menggeramkan, kita dituding merekayasa data    untuk  menambah pundi-pundi segelintir oknum penguasa.
Tayangan ini sontak melahirkan rasa kesal, dada bergemuruh, dan mulut yang seakan ingin mengklarifikasi  semua tuduhan negatif tersebut.  Bermula dari temuan Ombudsman Republik Indonesia Indonesia, yang mengkritisi data produksi beras nasional yang  semakin naik dari tahun ke tahun. Sementara dari sisi kesejahteraan, kehidupan petani kita begitu-begitu saja. Surplus beras yang dielu-elukan Menteri Pertanian, juga kontrakdiksi dengan apa yang terjadi di masyarakat. Di mana harga beras di pasar jauh lebih mahal dibanding harga di tingkat penggilingan padi. Ombudsman juga menilai ada yang ganjil, melihat data produksi beras yang terus meroket, tetapi di sisi lain  lahan sawah justru semakin tergerus.