Harapan itu seketika tumbang, Ibu!
Bersama dengan tumbangnya
matahari sore di ufuk barat
Ruang hati anakmu ini terasa kosong melompong
Semua lari bertumpu dipenatnya
kepala.
Kenapa ada yang berkhianat, Ibu!
Kenapa jiwa santun itu tega
melukai
Kenapa niat baik ini
dicabik-cabik tanpa ampun.
Saya luruh dalam kemunafikan ini,
Ibu!
Rasionalitasku bergeming, Ibu!
Ternyata tak selamanya yang
dipercaya, layak dipercaya
Tak selamanya yang terlihat
bijak, adalah seorang pebijaksana
Semua terkesan paradoks yang sulit
kuterima kebenarannya, Ibu!
Menebak jiwa orang lain ternyata
tak hanya rumit,
tapi butuh bongkahan hati yang benar-benar
kuat, Ibu!
Malaikat kebaikan itu benar.
Tidak ada semulia jiwamu, Ibu!
Seabadi kasihmu
Dan, seberharga ketulusanmu.
(Untuk berdamai dengan kenyataan, sepertinya harus jatuh dulu dalam pelukan Ibu..
22 Februari 2013)
0 komentar:
Posting Komentar