RSS

Selasa, 12 September 2017

Kue Ramadhan itu Bernama PIA



(Tulisan ini diikutkan dalam lomba Menulis Kompetisi Islami Ramadhan 1467 H BPS RI)
Matanya sayu, kantung matanya menggantung, bulir-bulir keringatnya menetes tak tahan dengan teriknya matahari. Dari  kerongkongannya yang gersang, keluar pertanyaan-pertanyaan terkait ongkos-ongkos yang dikeluarkan petani dalam usaha palawijanya. Probingnya sangat dalam. Menjadi kesyukuran karena petani respondennya kali ini cukup pendidikan. Sehingga pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan mudah saja dimengerti dan dijawabnya. Karena jika tidak, suara harus terkuras banyak untuk mengulang dan mencari padanan kata yang tepat, atau dialek lokal yang mudah dimengerti petani. Tangannya pun terus bergerak, menyimpan hasil tangkapan jawaban yang diincarnya. Syiar Ramadhan berkumandang. Dari speaker masjid tak jauh dari tempatnya mencacah, terlantun merdu Surah Al-Bakarah Ayat 183.
ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertakwa.”


Tak ada yang tahu, jika semalam tidurnya hanya sejam dua jam. Orang menyebutnya tidur-tidur ayam. Dua anak balitanya bersamaaan flu berat. Dan hal ini jelas mengobrak-abrik waktu malam yang direncakannya, untuk memperbaiki beberapa dokumen hasil pencacahan di lapangan. Ia menghabiskan sepanjang malam mendekap dua buah hatinya yang rewel karena kesakitan. Dan pada saat yang bersamaan, ia pun harus menyiapkan santapan sahur keluarga kecilnya tersebut. Rumah dengan segala kerepotannya dikerjakan oleh tangan kanannya, sementara tangan kirinya harus menuntaskan tugasnya sebagai abdi negara. Dan siang ini  ia terus mencecer pertanyaannya, seolah tak terjadi apa-apa.
Ramadhannya kali ini memang sedikit berat. 78 sampel Survei Ongkos Usaha Tani (SOUT) menuntut segera  dituntaskan. Meski jam kerja diperpendek, tak begitu berpengaruh dengan jam pulangnya. Dia memaksimalkan waktunya di lapangan. Daerah baru dijamahnya. Pekerjaan rutin terus mengintai. Tak ingin dianaktirikan dengan adanya SOUT.  Sementara aura ramadhan terus menyerbak. Dapur menunggunya di rumah. Dari situ, kue-kue ramadhan siap diproses menjadi hidangan berbuka puasa.
Baginya, kue ramadhan favoritnya kali ini tetap sama, ialah PIA. Di mana komposisinya dari profesional, integritas, dan amanah. Ia sangat menikmatinya di rumah, juga di kantor. Ia dituntut professional. Di mana jiwa  kompeten, efektif, efisien, inovatif, sistemik harus senantiasa diasahnya untuk menjadi ibu yang baik, istri yang cerdas, dan pegawai yang teladan. Jika tidak professional, ia bisa saja menelantarkan puluhan dokumen itu kala kedua anaknya sakit. Namun hal itu urung dilakukan. Ia terus berpikir sistemik mencari jalan keluar, agar waktunya efektif dan efisien menyeimbangkan pekerjaan rumah dan kantor. Rumah dan kantor adalah kewajian. Dari sana, sumber pahalanya mengalir.
Ia menjaga integritas.  Di mana dedikasi, disiplin, keterbukaan, konsisten, dan akuntabel harus terus dipupuk. Dedikasinya total dalam mengumpulkan data berkualitas. Cuaca yang tak menentu. Teriknya matahari yang dalam hitungan detik bisa berganti menjadi awan tebal, tak menjadi soal ketika dia bergelut mencari rumah-rumah responden. Ia merawat disiplin. Berusaha tak lewat semenit pun dari jam kantor yang telah ditetapkan. Meski mata terkantuk-kantuk. Terbangun lebih awal. Membereskan rumah. Tangisan anak mengiba tak ingin ditinggal. Konsistensinya kokoh. Tak ingin puasa memudarkan semangatnya dalam mengumpulkan data berkualitas.
Ia menjaga amanah. Di mana jujur, tulus, adil, terpercaya harus mendarah daging dalam dirinya. Kejujurannya dituntut dalam memotret fenomena di lapangan. Ketulusannya dalam bekerja teruji. Tatkala sedang mewawancarai responden, telepon bordering mengabarkan anaknya jatuh  dari tempat tinggi saat bermain. Ia tetap tulus dalam bekerja. Tak menganggap pekerjaan sebagai sebuah beban maupun tekanan. Ia dipercayai responden, sebagai penyambung amanah, penjaga rahasia negara. Sehingga akurasi data diperoleh .
Kue PIA itu menjadi favoritnya di bulan penuh berkah ini. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, bahwa puasa adalah perisai. Memelihara pelakunya dari adzab neraka pada hari kiamat, dan akan membantunya meraih derajat yang taqwa. Jadi tidak ada alasannya untuk tidak menikmati ramadhan ini dengan kue PIA. Mengejar amalan kebaikan sebanyak-banyaknya. Mencari berkah untuknya, keluarga kecilnya, dan demi kemajuan bangsa dan negara ini.

















0 komentar:

Posting Komentar