RSS

Rabu, 01 November 2017

Menaruh Asa di Pundak Pemuda



(Tulisan ini untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2017)



Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”(Soekarno).

            Kalimat di atas ialah ungkapan presiden pertama Indonesia, Soekarno yang menggambarkan begitu dahsyatnya kekuatan pemuda untuk mengguncangkan dunia. Seribu orang tua bisa bermimpi, sementara satu pemuda bisa mengubah dunia.Mengapa demikian?
            Di dada pemuda, sebuah perubahan bisa terjadi. Sebab, daya imajinasi, intuisi, kreatifitas, dan inovasi senantiasa melekat pada jiwa pemuda. Semangat nasionalisme juga mudah terbakar di dada pemuda. Pemuda identik dengan keberanian dan idenya yang gila. Didukung kemampuan fisik yang kuat, diharapkan  mampu mengeksekusi segala ide positif yang tertanam di benaknya itu. Adapun Undang-Undang Kepemudaan nomor 40 tahun 2009 menegaskan tentang batasan usia pemuda Indonesia yakni 15 sampai dengan 30 tahun.
            Hasil proyeksi penduduk Badan Pusat Statistik (BPS)  menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 261.890,9 ribu orang. Jumlah penduduk yang masuk dalam kategori pemuda ialah 64 938,7 ribu orang. Dari hasil piramida kelompok umur, jumlah ini termasuk tipe expansive dengan sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda.

            Modal ini diharapkan bisa membawa Indonesia lebih baik. Lebih bertaring  dan menjadi bangsa yang disegani. Pemuda merupakan generasi muda yang sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan bangsa Indonesia. Pemuda selalu menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa yang dapat merubah pandangan orang. Dengan ide – ide ataupun gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berpegang teguh kepada nilai norma dan adat-istiadat yang berlaku di dalam masyarakat. Pemuda harus menunjukan jati dirinya sebagai orang Indonesia. Bahkan wajib mengenalkan Indonesia dengan segala potensinya ke dunia internasional. Sehingga nama Indonesia bisa mendunia.
            Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
            Momentum Hari Sumpah Pemuda ini sebaiknya dijadikan renungan. Bahan refleksi diri. Apa yang sudah kita perbuat untuk bangsa dan negara. Pemuda harus menjalankan fungsi dan perannya dengan sungguh-sungguh. Yang di sekolah belajar dengan sungguh-sungguh, yang di perguruan tinggi mengasah soft skill dan hard skill nya hingga siap menghadapi dunia kerja. Para atlit tak bosan-bosannya latihan untuk memberikan yang terbaik di laga-laga internasionalnya. Pemuda-pemuda desa bahu-membahu membangun desa, menjaga teritori dari ancaman-ancaman buruk yang ada.
            Dalam perekonomian, peran pemuda Indonesia juga cukup vital. Masih menurut BPS, berdasarkan angka Survei Angkatan Kerja Nasional 2016,  dari 118, 41 juta penduduk yang bekerja, 28,50 persennya adalah pemuda. Sektor-sektor ekonomi yang digeluti pemuda bekerja, ialah Jasa-jasa (51,94 %), Manufaktur (25,03%), dan Pertanian (23,03%).  Pemerintah dituntut bisa menciptakan iklim kerja yang kondusif untuk pemuda. Seyogyanya menjadi lokomotif gerakan pengembangan bakat para pemuda. Mengentaskan angka pengangguran. Cara paling tepat adalah pola pembangunan kepemudaan yaitu  dilakukan secara sitematik, komprehensif, akseleratif, sinergis, dan integratif. Pemerintah diharapkan mampu menyediakan wahana aktualisasi diri yang positif dan konstruktif, serta mudah dijangkau oleh pemuda.
            Di zaman kontemporer saat ini, dimana era digitalisasi menjadi gaya hidup masyarakat. Pemuda sebaiknya mengambil hikmah positif dari itu. Ilmu saat ini ibarat pasir putih di hamparan pantai. Kapan, dengan siapa, dan di manapun kita bisa belajar banyak hal. Bukan lagi siapa yang dibekali bakat, tetapi siapa yang gemar belajar dan mengejar ilmu.  Bukan sebaliknya, terjerambab di zona nyaman, hingga lupa bahwa zaman terus bergerak, dan perubahan paradigma akan selalu ada.            Kita tak melulu sibuk sebagai model media sosial saja. Hal yang marak juga kita jumpai di dunia kriminalitas, dimana pelakunya ialah pemuda yang masih labil dan juga di bawah umur. Tengoklah berita aksi pembegalan, penjambretan, dan korban narkoba yang wara-wiri akhir-akhir ini. Hal ini bisa jadi karena faktor lingkungan, korban disfungsi keluarga, juga cara berpikir yang instan dan labil. Jika bibit pemuda sedari awal tumbuh seperti ini, maka jangan harap peran  agen of change untuk mengubah dunia bisa terwujud. Saatnya berbenah. Tentu kita menginginkan  seorang  Mark Zuckerberg  juga bisa lahir dari Indonesia. Mari berikan yang terbaik untuk Ibu Pertiwi. Jika kita bukanlah bagian dari solusi, maka jangan jadi polusi di negeri sendiri.  
Selamat Hari Sumpah Pemuda.
             




 

0 komentar:

Posting Komentar