RSS

Senin, 23 September 2013

'R E N A N G'

Gerimis menyapa sore. Ketika penat selama tiga hari kelas pelatihan di Makassar usai. Saya memilih berakhir pekan dulu di rumah sanak keluarga, sebelum balik ke Maros. Adik sepupu, mengajak mengisi sore ini dengan berenang di salah satu hotel elit di wilayah Pantai Losari Makassar. Tanpa membuang waktu, saya pun yang sedari tadi terasa jenuh, memilih bergegas segera. Apalagi beberapa bulan terakhir ini, saya dan beberapa kawan baik sedang  gencar-gencarnya belajar olahraga ini. Olahraga yang membuat kulit ini harus bersahabat dengan air.

Rupanya momen pekan terakhir sebelum memasuki Bulan Ramadhan, dimanfaatkan betul oleh banyak orang. Hal ini saya ketahui dari beberapa status teman via media sosial, yang memanfaatkan tempat-tempat rekreasi untuk bersenang-senang sebagai tanda sukacita  menyambut Ramadhan.
Berlatih Renang Bersama Teman-teman
Hal yang sama rupanya, di kolam permandian yang kami datangi.  Meski diguyur gerimis, pengunjung nampak lebih banyak dari waktu biasanya, menyambangi  kawasan eksotis ini. Setidaknya itu pengakuan beberapa petugas yang berloket.  Kami pun segera berganti pakaian, kemudian menceburkan diri di kolam biru jernih yang berdampingan dengan pantai ini.
Kawasan ini memang indah dan sangat elok di sore ini. Semburat jingga nampak jelas  terhampar di depan mata. Langit seperti tak sabar melepas sore. Beberapa kamar hotel yang berdiri manis persis di atas laut, mengelilingi  setengah kolam biru ini. Pohon-pohon rindang menambah eksotisme kawasan ini. Dua puluh menit mencoba kembali melatih kemampuan berenang, saya pun menepi. Ekor mata saya lantas  menangkap sebuah adegan emas.
Seorang Ibu berperawakan tinggi, putih mulus, lengkap dengan  baju renang dan perlengkapan renangnya, terlihat serius memberikan  pengarahan kepada anaknya. Mata sipit dan wajah khas orientalnya memperjelas darah Tionghoa yang dia miliki. Sekilas tidak ada yang menarik dari ibu ini. Tapi ketertarikan saya melihat keseriusannya mengajarkan buah hatinya berenang, menjadi pemandangan lain. Bocah yang kutaksir berumur 4 tahun itu nampak menyimak serius. Mimik muka dan mulut sang ibu yang tak henti komat-kamit membikin mataku fokus mengamatinya terus. Sesekali tangannya diangkat, ditekuknya, dan entah apa lagi simbol yang diperlihatkan untuk mengajari sang anak cara renang, dan mengambil nafas ketika di air. Terlilit rasa penasaran, saya pun mendekat. Rasa-rasanya ingin tahu apa  saja yang dikatakannya, barangkali bisa jadi masukan juga buatku yang sementara mendalami olahraga ini.
Setelah dibekali berulang-ulang wejangan dari sang ibu, dengan penuh keberanian sang anak langsung menceburkan diri ke kolam. Dibantu dengan benda pelampung. Sang ibu lantas menjulurkan tangannya, terus mengajari teknik  dan cara bertahan ketika berenang. Bocah ini terus mencoba, mengapung, mengangkat tangannya bergantian, mengangkat ke samping mukanya untuk menarik oksigen. Dan tak jarang, air malah masuk ke lubang hidungnya dan sampai ia merasa kakinya sudah tak lagi mendapati dasar lantai kolam. Beruntung sang ibu terus di sampingnya memberikan rasa aman dan semangat. Begitu terus, hingga satu setengah jam berlalu. Tak ada gurat-gurat bosan, atau wajah putus asa bocah ini untuk terus belajar. Terlebih sang ibu, yang selama satu setengah jam ini tak putus cerewet menggurui sang anak. Sesekali, sang anak memasang wajah penasaran dan dongkol ketika belum bisa melaksanakan sepenuhnya pesan ibu. Namun wanita ini rupanya tangguh, dia terus menginspirasi anaknya dengan memperagakan semua gaya renang yang dikuasainya. Cara ini rupanya mumpuni, sang anak nampak semakin bersemangat dan terus mencoba menaklukkan air tenang ini. Seperti ada sinergi yang begitu kuat antara ibu dan anak ini untuk menguasai kolam.
 Bahkan, ketika gerimis berganti menjadi hujan lebat. Mereka berdua masih nampak di kolam. Tak berteduh untuk beberapa saat pun.  Hanya berdua, karena puluhan pengunjung lain memilih berteduh. Benar-benar pemandangan yang sangat menggugah rasa. Bahwa semangat dan keinginan yang menggebu, bisa mengalahkan segalanya. Guyuran hujan keras membuat rasa dingin menusuk hingga ke pori-pori kulit, tak lagi jadi soal. Namun yang nampak sore ini, sepasang Ibu dan anak yang sementara berjuang  untuk menaklukkan air kolam. Tak banyak, bocah seusia itu yang bertahan untuk belajar seserius itu di tengah cuaca yang tak bersahabat, dan tak banyak pula ibu-ibu yang berusaha mati-matian mengajarkan olahraga renang pada bocahnya sejak dini. Hingga kata ‘bisa’ berhasil diteriakkan.
Kepada saya, yang telah berbulan-bulan belajar renang, dan belum menunjukkan hasil maksimal. Karena ketidakfokusan dan mudah menyerah. Pesan ini seperti sangat berharga. Bahwa anak sekecil itupun memiliki semangat tinggi untuk fokus meraih apa yang dikejarnya. Berbanding terbalik, dengan saya di usia itu yang sangat tergantung dan manja kepada orang tua. Sang ibu pun memiliki pemahaman yang bijak untuk mengajarkan hal penting ini kepada anaknya sejak dini. Renang, meksipun kelihatannya sangat mudah, namun tak semua orang bisa dengan mudah menguasainya.
Berani adalah kunci utamanya. Karena ketika berenang. Mental, fisik, dan segala otot maupun tulang rangka digerakkan untuk membuat satu gerakan yang terkoordinasi antara dua anggota kaki dan dua anggota tangan. Belum lagi keteraturan mengambil nafas harus diperhatikan. Benar-benar butuh keberanian dan konsentrasi yang tinggi. .
Anak memang harus dilatih pemberani sejak dini. Wajar kiranya Rasuluullah saw bersabda : “Ajarilah anak-anak kalian, berkuda, berenang, dan memanah. (Riwayat Sahih Imam Bukhari dan Imam Muslim)”. Karena renang, memberi peluang kepada manusia untuk menguasai air dan menjadi seorang pemberani dan bermental petarung. Nah, kepada kita yang diusia dewasa ini baru mencoba belajar berenang. Tidakkah malu, jika harus kalah semangat dengan bocah kecil itu?Hehhehe

0 komentar:

Posting Komentar