RSS

Rabu, 28 Februari 2018

Beras

Perbincangan tentang beras seolah tak ada habisnya. Sebagai kebutuhan dasar manusia, komuditi ini tentu menjadi perhatian khusus pemerintah. Pola makan masyarakat Indonesia bergantung pada beras. Tak ada beras, berarti dianggap tidak makan. Mensubstitusinya dengan sagu atau palawija seperti di beberapa daerah, tentu bukan opsi terbaik. Beras telah mendarahdaging sebagai kebutuhan pokok dan dasar masyarakat Indonesia.


Awal tahun kita selalu  dihebohkan perihal beras. Seperti yang baru-baru ini mengemuka. Kementerian Pertanian percaya diri menggaungkan surplus beras. Sementara di pihak lain, Kementerian Perdagangan membaca ada defisit stok beras untuk pasokan dalam negeri. Hingga diambillah kebijakan impor 500 ribu ton beras akhir Januari ini.

Bagaimana  angka pasti produksi beras kita? Selama ini, angka produksi beras berasal dari angka luas panen padi dikali produktifitas padi dikali angka konversi gabah. Data luas panen sementara tahap pembenahan melalui Kerangka Sampel Area, setelah tahun-tahun sebelumnya dihitung dengan cara yang sangat konvensional.

Kini, BPS sebagai badan resmi penyedia data pemerintah, kembali mengadakan Survei Konversi Gabah ke Beras, untuk melahirkan angka konversi estimasi provinsi, karena selama ini angka konversi gabah menyesuaikan angka nasional.

Hal inilah yang mendasari pemerintah melalui BPS kembali mengadakan kegiatan Survei Konversi Gabah untuk memenuhi kebutuhan angka konversi tersebut, agar sesuai kondisi saat ini. Melalui pengukuran langsung dengan alat khusus, serta wawancara dengan petani dan usaha penggilingan, survei ini diharap bisa memetik angka konversi  Gabah Kering Panen (GKP) ke Gabah Kering Giling (GKG) dan GKG ke beras. Mengingat nilai penyusutan selalu ada disetiap prosesnya.

Sehingga nantinya bisa melahirkan data produksi beras nasional yang lebih akurat, hingga bisa menjadi acuan para pemangku kebijakan. Khususnya terkait agenda ketahanan pangan.
Sebab, mimpi hidup sebagian besar masyarakat bertumpu pada beras. Yang diharapkan selalu ada demi tersambungnya hidup.

Persoalan negara agraris yang tak henti impor beras, semoga bisa terselesaikan secepatnya. Tak elok mendengar ironi ini. Data akan berbicara sebenar-benarnya. Secepatnya. Setelah semua instrumen ini berjalan sesuai perencanaan.
#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikBahagia
#15HariBercerita
#harike-10

0 komentar:

Posting Komentar